Minggu, 07 April 2013

[FF] Jongjae (Part 4)


JONGJAE PART 4 It’s Show Time!
Judul               : Jongjae (Part 4)
Author             : ShinJaejae
Main Cast        : Kai (EXO K), Shin Jae Jae (You), Suho (EXO K)
Other Cast       : Member EXO K
Genre              : Romance, Humor (a bit)
Rate                 : PG-15
Length             : Multi chapter

안녕 해바라기...!! Ketemu lagi nih sama Jongjae part 4!! Langsung aja deh,,selamat membaca!! :D

Author POV
            Siang itu semua member berkumpul. Hari ini mereka tidak ada jadwal, maka dari itu mereka manfaatkan untuk bermain bersama. Seperti biasa, hanya Jaejae-lah yeoja yang ada di situ. Yeoja-yeoja lain sedang bersekolah, dan baru pulang nanti menjelang sore. Para member tampak berseri-seri, berbeda dengan Jaejae yang bertampang kusut. Hari ini Jaejae harus melunasi janjinya untuk mencium Kai, dan itu merupakan desakan Chanyeol.
            Akhirnya dengan sangat terpaksa Jaejae mendekati Kai untuk menyelesaikan misinya. Kai yang memang sudah tahu rencana Jaejae hanya tersenyum-senyum, yang semakin membuat Jaejae menjadi semakin kesal. Sambil meneguk ludah, Jaejae pun membuka suara.
            “Kai-ah.”, kata Jaejae ragu-ragu dan setengah berbisik. Agaknya Kai belum mendengar, sehingga dia tidak merespon sama sekali. Wajahnya masih menunduk memperhatikan sebuah boneka di tangannya.
            “Kai!”, Jaejae mengulang perkataannya dengan volume yang cukup keras, sehingga membuat Kai tersentak kaget dan memalingkan mukanya ke arah Jaejae.
            “Ne..ada ap....”, perkataan Kai seketika terhenti, karena bibirnya langsung terkunci oleh bibir Jaejae. Namun ciuman itu sangat singkat, Jaejae hanya sekedar menempelkan bibirnya dan langsung melepaskannya. Namun di saat Jaejae memalingkan mukanya, dengan serta merta Kai menarik tangan Jaejae dan menarik tengkuk Jaejae dengan tangannya yang besar. 

 
            Cup! Seketika bibir Kai mengunci bibir Jaejae. Satu detik..tiga detik..Jaejae pun mulai tersadar dan mendorong tubuh Kai.
            “Ya!!Kau!!”, teriak Jaejae sambil memandang Kai dengan pandangan tidak percaya.
            “Yang ini lebih terasa, kan?”, jawab Kai sambil tersenyum jahil. Member lain yang melihat adegan yang sangat singkat itu hanya terbengong. Mulut  mereka membulat seakan tak percaya. Akhirnya Chanyeol mulai bertepuk tangan dan tertawa.
            “Kalian! Kalian semua menyebalkan!”, teriak Jaejae. Akhirnya dia pun berlari menuju kamarnya. Suho yang baru menyadari keadaan itu mulai membuka suara.
            “Kai! Kenapa kau seperti itu? Jaejae itu yeoja, kenapa kau perlakukan seperti itu?”, tanya Suho dengan nada meninggi. Sepertinya dia sudah pulih dari rasa kagetnya.
            “...” Kai hanya termenung, menunduk.
            “Kau ini seorang namja, kenapa sikapmu seperti itu. Itu sama saja kau tidak menghargainya.”, lanjut Suho lagi. Mendengar kata-kata Suho semua member terdiam. Suho pun segera beringsut dari tempat itu dan menyusul Jaejae.
            “Mianhe, hyung.”, kata Kai sambil menatap kepergian Suho.
            “Bukan aku. Tapi Jaejae yang harusnya kau mintai maaf.”, jawab Suho sambil terus berlalu tanpa memandang Kai.
---
Suho POV
            Kulihat dia terduduk di balkon kamarnya. Kamarnya sama sekali tidak terkunci, maka dari itu aku langsung bisa tahu dia ada di balkon.
            “Pabo! Harusnya aku tahu kalau Kai akan begini!” kudengar suaranya, berteriak-teriak. Pipinya basah oleh air matanya yang mengalir. Kakinya yang tertekuk setengah dia jejak-jejakkan ke depan.
            Aku langsung menghampirinya. Jaejae pun kaget dan mengusap pipinya dengan kedua punggung tangannya. Aku langsung duduk di sampingnya.
            “Op..oppa.”, katanya sambil mengusap air matanya. Sepertinya dia malu jika terlihat menangis.
            “Kau, menangis? Kau tidak apa-apa kan?”, tanyaku khawatir. Kuusap lembut kepalanya dan merapikan rambutnya yang agak kusut.
            “Ngg..ani..gwenchana, oppa.”, jawabnya memaksa tersenyum.
            “Maaf  atas kejadian tadi.”, kataku sambil memandangnya.
            “....”
            “Aku yang membuat hukuman itu, sehingga kau harus begini.”
            “....”
            “Mianhe, jongmal mianhe.”
            “Ani, buka Oppa yang salah. Kai-lah yang salah. Oppa jangan meminta maaf padaku.”
            “....”
            “....”
            “Mianhe. Jongmal mianhe.”
---
Author POV
            Jaejae masih sibuk membaca novel yang kini dipegangnya. Telinganya tertutup headset  warna  putih yang mengalunkan lagu-lagu dari Ipod kesayangannya. Sudah lebih dari 20 menit dia duduk di bawah dengar bersandarkan tempat tidurnya, menghadap tempat tidur Kai.
            Pintu kamar terbuka, seketika Kai masuk. Jaejae yang masih asyik dengan dunianya tampak tak menyadari kehadiran Kai. Tangan kanan Kai memegang dua kaleng jus, dan sebelah tangannya lagi memegang palu mainan. Kai pun segera duduk di samping Jaejae, yang seketika membuat Jaejae terkesiap.
            “Tak usah bingung, noona. Ini untukmu.”, ujarnya menyadari perubahan wajah Jaejae. Jaejae hanya terdiam, enggan untuk menanggapi karena dia masih marah dengan kejadian siang tadi. Tangan Kai mengulurkan sekaleng jus apel pada Jaejae, namun Jaejae masih enggan menerimanya.
            “Terimalah. Aku tahu kau masih marah padaku. Tapi jangan menolakl jus yang bisa membuatmu semangat lagi.”, kata Kai lagi. Dengan ragu Jaejae menerima kaleng itu dan membukanya. Headsetnya pun ia lepaskan dari telinganya. Kai tersenyum, jus jeruk di tangannya pun sudah terbuka dan isinya sudah membasahi kerongkongannya. Mereka berdua masih diam. Bertahan pada posisi masing-masing.
            “Mianhe, Noona.”, Kai membuka suara. Pandangannya masih terpaku pada kaleng jus yang digenggamnya.
            “Untuk apa?”, jawab Jaejae yang masih tidak berpaling dari novel di hadapannya.
            “Untuk kelancanganku siang tadi.”
            “Hm.”
            “Tapi, sebenarnya kan aku membantumu menyelesaikan misi itu, noona.”
            “....”
            “Noona..”
            “....”
            “Mianhe...aku hanya ingin membantumu.”
            “Ya! Memang awalnya kau membantu, tapi akhirnya kau mencuri kesempatan!”, kata Jaejae yang melotot pada Kai.
            Pletak!
            “Awww!! Appo!!”, kata Kai meringis. Novel yang ada di tangan Jaejae kini menimpa kepalanya.
            “Rasakan itu!”, kata Jaejae penuh kemenangan.
            “Kau tidak adil. Memukulku seperti ini!”
“Itu hukuman untukmu karena kelakuanmu siang tadi!”, jawab Jaejae penuh kemenangan. Seketika dia pun tertawa melihat Kai yang meringis kesakitan sambil mengusap-usap kepalanya.
“Nah, kau sudah merasa lebih baik, kan?”, kata Kai tersenyum melihat Jaejae sudah tertawa.
“Belum!”
“Noona...jeongmal mianhe. Jeongmal.”, kata Kai tulus. Matanya menatap Jaejae dalam-dalam. Jaejae mulai merasa rikuh.
“Hhh.. Ba..baiklah.. Kau kumaafkan. Tapi kau jangan berani mengulangnya lagi.”
“Nah. Sekarang kau sudah lebih baik, kan? Kalau begitu bagaimana kalau kita main Byong-Byong Bulk?”, kata Kai bersemangat. Tangan kanannya memegang palu byong.
            “Baiklah. Aku mulai duluan.”, kata Jaejae langsung merebut palu mainan dari tangan Kai.
            Cham..Cham..Cham!”, kata Jaejae semangat. Diayunkannya palu ke arah kiri dengan cepat, dan Kai terjebak.
            Pletak! Palu itu berhasi mendarat di kepala Kai.
            “Awww!! Appo!”, kata Kai mengusap kepalanya yang sakit. Jaejae pun mau tak mau tertawa. Diayunkannya lagi palu ke kiri, dan Kai tertipu dengan mudahnya. Akhirnya palu pun mendarat lagi di kepala Kai. Jaejae pun mengayunkan palunya lagi. Kali ini ke arah kanan. Tapi Kai dengan cepat menggerakkan kepalanya berlawanan arah dengan palu itu, yang seketika membuat Jaejae cemberut. Direbutnya palu itu dari tangan Jaejae dengan cepat.
            Cham..cham..cham!”, Kai mengayunkan palunya ke arah kiri dengan bersemangat. Jaejae yang kalah cepat pun menengok ke arah kiri. Jaejae kaget, takut kepalanya dipukul oleh Kai. Mulutnya membulat membentuk huruf O. Melihat wajah Jaejae itu, Kai tertawa dan lupa memukulkan palunya. Melihat Kai lengah, Jaejae berusaha melarikan diri. Secepat kilat dia berlari ke luar kamar.
            “Ya! Noonaaaa!! Kau mau ke mana? Kau curaaaang!Jangan lariii!!”, teriak Kai yang menyadari Jaejae sudah melesat pergi dari hadapannya. Seketika Kai berlari mengejar Jaejae keluar dari kamarnya.
            Suara gedebuk kaki dan teriakan kedua orang itu membuat orang-orang yang berada di lantai bawah mendongak ke atas. Melihat kelakuan Kai dan Jaejae yang berkejaran, dan akhirnya kini mereka berdua berebutan palu, para member yang berada di bawah hanya bengong.
            “Mereka berdua sangat ajaib. Dua jam yang lalu mereka bertengkar, sekarang lihatlah, mereka malah sudah baikan dan berpelukan seperti itu.”, kata Baekhyun membuka suara sambil menunjuk tempat di mana Kai dan Jaejae berada. Kai berusaha merebut palu dari tangan Jaejae. Palu itu diletakkan Jaejae di depan tubuhnya, dan punggungnya ia gunakan untuk menghalangi Kai. Sedangkan kedua tangan Kai berusaha menggapai palu yang disembunyikan Jaejae. Dan begitulah keadaan seperti itu tercipta, sehingga orang-orang menyangka mereka sedang berpelukan. Baekhyun pun menggeleng-gelengkan kepalanya sambil bergumam.
            “Sudahlah. Biarkan mereka begitu. Lebih baik daripada tadi mereka berdiaman. Ayo, lanjutkan mainnya.”, kata Chanyeol menengahi dan mengajak mereka bermain kembali. Semua member pun memalingkan wajah mereka kembali ke meja permainan kecuali Suho yang masih memandang Kai dan Jaejae di lantai atas.
----
Still author POV
Akhir pekan...
            Hari ini adalah waktu syuting acara EXO K dan pasangannya. Mereka mengambil tempat syuting di Dongdaemun. Tampak para staf dan kameramen sibuk mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk syuting. Manajer dan PD tampak berbincang-bincang. Sedangkan para member dan yeoja yang sudah siap hanya duduk-duduk sambil membaca script. Mereka semua tampak diam, hanya Chanyeol dan Baekhyun yang tampak bermain sendiri. Dan setelah menunggu selama sepuluh menit, syuting pun dimulai. MC mulai membuka acara.
           “Selamat siang semua. Kita kembali lagi dengan para member EXO K dan pasangan mereka masing-masing.”, kata MC membuka acara tersebut dengan lancar dan menarik. Dan akhirnya MC pun mengatakan misi acara hari ini.
            “Tantangan untuk kalian adalah membeli sebuah benda yang nantinya akan kalian berikan pada pasangan kalian masing-masing. Kalian akan kami beri waktu 15 menit untuk membeli. Dan kalian hanya akan kami beri uang sejumlah 15 ribu won. Berbelanjalah sesuatu untuk pasangan kalian. Tapi kalian tidak boleh tahu hadiah yang akan diberikan oleh pasangan kalian, karena nantinya kalian harus menebak benda mana  yang dibeli oleh pasangan masing-masing.”, kata MC panjang lebar.
            “Emm..chakkaman. Itu berarti kita harus membeli secara sendiri-sendiri?”, tanya Kyungsoo polos.
            “Tentu saja, jangan sekali-sekali mencoba untuk curang, ya!”, kata MC menjawab pertanyaan Kyungsoo. “Nah, sekarang kalian sudah mendapatkan uang masing-masing! Siaap..mulaai!!”
            Semua orang segera berlari untuk mencari barang yang akan dibelikan untuk pasangan mereka. Begitu juga Jaejae yang langsung berlari melesat untuk mencari hadiah yang nantinya akan diberikan pada Kai. Akhirnya dia pun sampai di sebuah toko langganannya. Jaejae memutari toko itu untuk mencari hadiah apa yang tepat untuk diberikannya pada Kai. Setelah menimang-nimang cukup lama, dia pun menentukan pilihannya.
            “Kurasa ini akan cocok untuk Kai. Ahjumma, tolong bungkuskan yang satu ini untukku.”, kata Jaejae sambil memanggil penjaga toko itu.
            “Ne, tentu saja. Untukmu, karena kau pelanggan tetap tokoku, kau akan kuberikan diskon spesial hari ini. Untukmu, kuberikan harga 10ribu won saja.”, jawab ahjumma itu tersenyum. Tangan kanannya terulur menerima barang pilihan Jaejae, kemudian dia mulai membungkusnya.
            “Jeongmal? Gamsahamnida ahjumma..”, Jaejae merespon dengan sangat senang tawaran itu. Diulurkannya uang 10 ribu won pada ahjumma itu. Beberapa saat kemudian, barang itu sudah terbungkus rapi dan berpindah tangan ke Jaejae. Jaejae pun meninggalkan toko itu, setelah berterimakasih pada pemilik toko itu. Saat dia melangkah keluar, secara tidak sengaja ia bertemu Suho yang melintas di depan toko itu.
            “Oppaa!!”, teriak Jaejae senang sambil melambaikan tangannya ke arah Suho. Suho pun berpaling ke arahnya dan tersenyum. Kemudian berjalan menghampirinya.
            “Kau sudah selesai membeli sesuatu untuk pasanganmu, Oppa?”, tanya Jaejae. Kini dia berjalan berdampingan dengan Suho.
            “Ne, sudah. Kau sendiri? Apa yang kau beli?”, jawab Suho ramah.
            “Tentu saja kau tak boleh tahu. Ini rahasia. Hehehe.”
            “Ah, kau ini pelit sekali. Aku juga tidak akan memberitahukan padamu apa yang telah kubeli.”, jawab Suho sambil mencubit gemas pipi Jaejae. Jaejae pun tertawa.
            “Oppa, kau mau makan es krim? Ayo kita beli es krim. Kita masih punya waktu 5 menit kok.”
            “Es krim? Tapi aku sedang tidak membawa uang. Uang 15 ribu won tadi sudah habis kupakai.”
            “Aaahh,sudahlah. Ayo cepat ikut aku. Yang penting kita sekarang makan es krim. Aku yang traktir.”, sahut Jaejae sambil menggandeng tangan Suho untuk berlalu. Suho yang kebingungan hanya menurut saja, bahkan kameramen yang sedari tadi mengambil gambar mereka hanya ikut membuntuti.
            “Tap..tapi..darimana kau dapat uang Jaejae? Dompet kita kan dibawa oleh manajer.”, Suho masih mencari jawaban dari Jaejae. Kini  mereka berdua sudah berada di depan toko es krim. Jaejae pun memesan 2 es krim untuknya dan Suho. Tiba-tiba saja seseorang menepuk bahu Suho dari belakang.
            “Hyung, sedang apa kau di sini?”, tanyanya dengan suara berat.
            “Oh, Chanyeol. Ini, Jaejae mengajakku untuk makan es krim.”, jawab Suho yang kini tahu bahwa Chanyeol sudah di belakangnya. Jaejae mau tak mau ikut menoleh mendengar seseorang yang ikut bergabung dengan dia dan Suho. Tetapi menyadari bahwa itu Chanyeol, raut mukanya seketika menjadi cemberut.
            “Jaejae-ah. Bolehkah aku ikut bergabung? Aku juga ingin makan es krim.”, pinta Chanyeol pada Jaejae.
            “Ani.”, jawab Jaejae sambil mehrong.
            “Kau masih marah padaku? Ayolah, itu kan permainan. Baiklah, aku mengaku aku salah padamu. Mianhe.”, jawab Chanyeol sungguh-sungguh. Jaejae pun nampak berpikir.
            “Ini, 1 es krim rasa coklat dan 1 es krim rasa vanilla.”, kata ahjumma itu, yang membuat Jaejae kaget dan menoleh padanya. “Jadi totalnya adalah 5ribu won.”
            “Ah, ne. Chakkaman ahjumma.”, Jaejae pun mendekat pada Chanyeol. Dia berbisik di telinga Chanyeol. Chanyeol merendahkan sedikit kepalanya, sehingga Jaejae dapat meraih tinggi Chanyeol.
            “Baiklah, aku memaafkanmu. Tapi kalau kau bisa membujuk Ahjumma ini untuk memberikan 1 es krim ekstra untukmua tanpa kau harus membayar.”, kata Jaejae sambil terkikik pelan. Chanyeol yang mendengar permintaan Jaejae itu awalnya merasa keberatan, namun karena dia ingin memakan es krim juga, mau tak mau disanggupinya pula. Dia pun berjalan ragu-ragu menghampiri ahjumma penjual es krim.
            “Eung..anyeong haseyo ahjumma. Eung, bolehkah saya mendapatkan 1 es krim lagi dengan rasa vanilla? Tapi uangku hanya 5ribu won.”, pinta Chanyeol pada ahjumma itu serius.
            “Bisa. Tapi kau harus menunjukkan aegyomu dulu.”, jawab ahjumma itu menggoda Chanyeol. Chanyeol yang mendengar permintaan itu hanya menggaruk-garuk kepalanya. Serta merta ia mengeluarkan aegyonya. Kedua tangannya mengepal di samping tangannya, dan wajahnya membentuk ekspresi lucu dan mulutnya mengerucut. Jejae, Suho, dan ahjumma yang melihat aegyo Chanyeol itu terpekik girang, lalu tertawa. Chanyeol malu dengan aksinya tadi. Dia serta merta berjongkok ke bawah. Kedua tangannya menutupi wajahnya yang memerah.
            “Ini 1 es krim vanilla ekstra untukmu. Kau sangat tampan dan cute.”, kata ahjumma itu. Wajahnya masih merekahkan senyumnya. Jaejae dan Suho menerima es krim ekstra itu, kemudian membungkuk untuk mengucapkan terimakasih. Chanyeol pun bangkit dan membungkuk pada ahjumma itu, lalu berlari menyusul Jaejae dan Suho.
            “Kau daebak Chanyeol. Daebak.”, kata Jaejae serta merta sambil menyendok es krim coklatnya. Suho pun memberikan 1 es krim vanilla tadi pada Chanyeol.
            “Kau, membuatku malu.”, jawab Chanyeol gemas, kemudian menjitak pelan kepala Jaejae. Jaejae pun mengusap-usap kepalanya bekas jitakan Chanyeol tadi. Tapi kali ini dia tersenyum senang.
---
            Semua orang sudah berkumpul. Hadiah pun sudah dikumpulkan kepada staf acara itu. Kali ini para yeoja dan namja berbaris di hadapan masing-masing meja. Posisi mereka saling membelakangi. Meja di hadapan para yeoja berisi hadiah yang dibeli oleh para namja, begitu pula sebaliknya dengan meja di hadapan barisan para namja. Kini mereka harus memilih salah satu hadiah yang kira-kira pasangan mereka berikan.
---
Kai POV
            Bingung. Mana hadiah yang dibelikan oleh noona padaku. Aku tidak tahu apa yang noona pikirkan tentangku. Kuamati keenam hadiah di meja itu dalam-dalam, dan ada sebuah hadiah yang benar-benar menarik perhatianku. Dan aku pun menentukan pilihanku itu.
            Mc memberikan intruksi pada pada kami-para namja- untuk berbaris di depan. Tangan kanan kami harus diulurkan ke atas sambil memegang hadiah yang kami pilih. Yeoja yang merasa hadiahnya kami ambil harus berdiri di belakang kami. Entah kenapa dadaku berdebar saat MC akan menyuruh kami membalikkan badan untuk mengetahui siapa sebenarnya pemilik dari hadiah yang kami pilih.
            “Nah..saatnya EXO K untuk membalikkan badan. 1...2..3..!!”, kata MC seketika. Aku pun  membalikkan badan untuk mengetahui siapa yang membelikan hadiah ini. Dan yang ada di belakangku adalah Jaejae noona. Otomatis aku tersenyum lebar. Pilihanku tepat.
---
Jaejae
            Tibalah saatnya aku memilih kado yang dibelikan oleh masing-masingg pasangan kami. Jujur saja, aku sangat bingung menentukan kado apa yang kira-kira Kai berikan untukku. Sejenak kuamati hadiah-hadiah di depanku, dan akhirnya aku menentukan sebuah pilihan. Sebuah boneka keroro kecil, karena aku sangat menyukai tokoh animasi itu. Tangan kananku sudah terulur untuk mengambil boneka itu.
            “Aku ambil yang ini.”, kata Eunhye –pasangan Sehun—tiba-tiba. Boneka yang awalnya ingin aku ambil sudah lenyap diambil oleh Eunhye. Aku, yang notabene sebagai orang tertua hanya mengalah dan mengambil hadiah yang masih tersisa, yaitu sebuah kalung dengan liontin berbentuk bunga tulip. Liontin itu berwarna bening, namun di tengahnya berwarna biru cerah. Kalung itu terlihat sangat cantik. Namun aku sendiri tidak tahu hadiah itu milik siapa.
            Kami pun berdiri di depan dengan mengangkat tinggi-tinggi hadiah yang kami pilih. MC pun menghitung mundur. Aku berbalik untuk mengetahui siapa yang membelikan kalung ini. Di depanku sudah berdiri namja itu. mengembangkan senyuman yang menawan. Dalam sedetik aku kaget dan melongo melihatnya, namun sedetik kemudian aku tersenyum, ya, senyum yang sangat lebar.
---
Suho POV
            Acara ini sudah selesai. Namun  kami belum segera pergi dari tempat ini. Aku sendiri masih berbincang-bincang dengan Hyesung, pasanganku untuk acara ini. Saat aku berbincang-bincang dengannya, tiba-tiba ada yang datang ke arah kami.
            “Anyeong haseyo. Suho oppa, Hyesung-ah.”, sapa orang itu yang ternyata adalah Jaejae.
            “Ne, ada apa Jaejae?”, tanyaku
            “Eung..aku ingin mengembalikan ini pada Hyesung.”, jawabnya tersenyum sambil mengulurkan sesuatu dari sakunya. Tangan kanannya menggenggam sebuah kalung berliontin bunga tulip. Kalung yang kubeli tadi.
            “Tap..tapi..aku tidak apa-apa unnie.”, jawab Hyesung ragu-ragu. Sepertinya dia kaget.
            “Aniyo. Ini adalah hadiah pemberian Suho oppa untukmu. Tidak seharusnya aku menyimpannya. Ini adalah milikmu.”, jawab Jaejae sambil menggeleng. Tangan kirinya pun meraih tangan Hyesung yang masih bingung, lalu kalung itu diletakkannya di tangan Hyesung.
            “Jaga baik-baik kalung itu. Aku pergi dulu. Anyeong.”, kata Jaejae tersenyum, dan segera berlalu dari hadapanku. Tangannya melambai, mengucapkan selamat tinggal. Melihat itu aku hanya tertegun.
---
Author POV
            Kedua orang itu masih beerdiam-diaman. Entah setelah kejadian tadi siang mereka berdiam tak berbicara satu sama lain.
            “Noona, kenapa kau tadi bisa salah mengambil hadiah? Apa kau tak tahu bahwa aku membelikan boneka keroro itu untukmu?”, tanya Kai pada Jaejae yang hanya duduk di tepian tempat tidurnya sambil melamun. Lama Jaejae tidak merespon yang Kai katakan. Hingga akhirnya Kai pun kesal dan mulai bangkit dari tidurnya menghampiri Jaejae. Dia pun duduk di samping Jaejae , tangan kanannya mengacak lembut puncak kepala Jaejae.
            “Ya! Apa yang kau lakukan?”, tanya Jaejae yang telah pulih dari lamunannya. Tangannya berusaha menyingkirkan tangan besar Kai dari kepalanya.
            “Kau dari tadi tak menjawab pertanyaanku. Sebenarnya apa yang kau pikirkan?”
            “Eung, ani. Memang kau tanya apa tadi?”
            “Hhh. Aku tadi tanya, kenapa kau slaah mengambil hadiah? Padahal aku tadi telah membelikan boneka keroro itu untukmu.”
            “Oh. Geure. Awalnya aku memang ingin mengambil boneka itu, tapi karena sudah diambil lebih dulu oleh Eunhye, aku pun hanya bisa mengambil kalung.”
            “Kenapa kau tidak merebutnya?”
            “Babo! Aku bukan orang yang suka merebut sesuatu dari orang lain.”
            “Oh. Geure.”
            “...”
            Mereka pun terdiam lagi. Namun tiba-tiba Jaejae berkata yang sontak mengagetkan Kai yang ada di sampingnya.
            “Chakkaman! Dari mana kau tahu aku suka keroro? Kurasa aku tidak pernah  menceritakan itu pada orang lain.”, Jaejae menatap tajam Kai. Wajahnya penuh dengan curiga. Kai merasa kikuk dengan tatapan Jaejae, mencoba menjawab.
            “Eung..itu..aku..aku..”, jawab Kai sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Dia kesulitan mencari alasan untuk menjawab.
            “Ayo, cepat katakan! Dari mana kau tahu itu?”, tanya Jaejae lagi semakin membuat Kai terpojok. Kai gugup, mencari-cari alasan untuk menjawab pertanyaan Jaejae. Namun beruntung, dia diselamatkan oleh seseorang yang mengetuk pintu  kamar.
            “Anyeong haseyo. Kai, Unnie. Ini aku Eunhye.”
            Mendengar itu Kai langsung bangkit berdiri dan membuka pintu kamar. Eunhye tampak kaget dengan sosok Kai.
            “Eungg..mian. bolehkah aku bertemu Jaejae unnie?”, tanya Eunhye malu-malu. Jaejae yang sudah berada di belakang Kai mulai menyahut.
            “Ne, ada apa Eunhye?”, tanya Jaejae ramah.
            “Unnie. Mianhe. Tidak seharusnya aku tadi begitu padamu. Aku menyesal atas kejadian siang tadi.”
            “Gwenchana. Aku tidak apa-apa.”
            “Dan ini, aku kembalikan boneka keroro ini padamu. Ini seharusnya untukmu, bukan untukku.”, Eunhye pun berkata sambil menyodorkan boneka keroro itu. Jaejae menerimanya dengan ragu-ragu.
            “Geunde. Sebenarnya aku tidak mempermasalahkan boneka itu lagi Eunhye. Nae gwenchana.”
            “Ani unnie. Ini milikmu. Kurasa aku harus pergi sekarang. Gamsahamnida.”, kata Eunhye sambil membungkukkan badan.
            “Ne. Gomawo.”, kata Jaejae sambil membungkuk juga. Setelah Eunhye pergi, ditutupnya pintu kamar. Dia pun kembali ke tempat tidurnya, sedangkan Kai sudah sedari tadi beranjak ke tempat tidurnya..
            “Eunhye baik sekali. Dia mengembalikan boneka ini padaku. Padahal aku sudah tak mempermasalahkannya.”
            “Memang harusnya begitu kan?”
            “Kau ini! Sudahlah! Aku mau  tidur.”
            Kai bangkit dari posisi tidurnya. Menyadari Jaejae yang lupa dengan pertanyaannya tadi, Kai pun mulai menanyakan sesuatu padanya.
            “Noona. Kenapa tadi kau membelikanku ini?”, tanya Kai sambil menimang-nimang sebuah kotak musik kecil. Kotak itu sangat sederhana, terbuat dari kayu tipis. Di bagian samping kotak itu terukir huruf JJ. Jika dibuka akan terdengar suara denting piano dengan nada sederhana,tetapi sangat lembut..
            “Itu.Iitu karena aku tahu kau sangat sulit untuk tidur setiap malamnya. Ya, mungkin saja dengan kotak musik itu kau bisa mengatasi insomniamu.”, jawab Jaejae serius. Matanya menerawang ke langit-langit kamarnya. Kai yang mendengar jawaban Jaejae mengamati kotak itu dalam-dalam, dibolak-baliknya kotak itu dengan seksama.
            “Gomawo noona. Gomawo.”, kata Kai pada akhirnya.
            “Lalu, kenapa kau memberiku boneka keroro ini?”
            “Karena aku tahu kau sangat suka dengan keroro.”
            “Dari mana kau tahu aku suka keroro?”, tanya Jaejae lagi. Mungkin dia kembali ingat dengan pertanyaannya tadi yang hilang. Kai kaget, dia mulai gugup lagi. Mencari-cari alasan untuk menjawab pertanyaan Jaejae.
            “Sudah malam noona. Aku ingin tidur. Selamat malam.”, kata Kai akhirnya. Dia menyerah untuk menemukan alasan. Ditariknya selimut lalu berbalik tidur membelakangi Jaejae.
            “Ya! Kau ini! Dasar!”, kata Jaejae geram. Kai tetap tak menoleh. Sampai akhirnya sebuah bantal melayang ke arah Kai. Dan Kai tetap diam.
---
Jaejae POV
            Pagi ini tidak seperti biasanya. Biasanya setelah aku menyiapkan teh untuk sarapan dan kembali ke kamar, pasti akan kulihat Kai masih tertidur di tempat tidurnya. Namun pagi ini tidak, Kai tidak ada di tempatnya. Tak terdengar juga suara gemericik air. Kai ke mana? Namun aku tidak begitu mempedulikan di mana Kai sekarang. Aku pun segera ke samping tempat tidurku, membereskan buku-buku yang berantakan. Saat aku berdiri berbalik ke belakang untuk membuang sampah, tiba-tiba saja Kai sudah berdiri di hadapanku.
            Rambut Kai terlihat masih basah. Air dari rambutnya mengalir membasahi tubuhnya yang tidak tertutup baju. Dia hanya memakai celana jeans panjang kesayangannya. Matanya menatap tajam ke arahku. Aku hanya meneguk ludah untuk menghilangkan kegugupanku.
            “Kk..kkau..kkau kenapa tiba-tiba datang begitu. Kau seperti hantu saja.”, kataku gugup. Aku berusaha menenangkan irama jantungku yang semakin tidak teratur. Mataku kututup karena aku tak sanggup menatap mata Kai. Kai hanya diam, tak menjawab apapun.
            “Ccc..cepat kau pakai bajumu. Sudah kubilang padamu untuk tidak membuka bajumu lagi di hadapanku.”, kataku masih sambil menutup mataku.
            “Noona. Buka matamu. Jangan menghindariku lagi.”, kata Kai dengan nada misterius.
            “Tidak. Sebelum kau memakai bajumu.”, kataku menolak.
            “Aku tidak akan memakai baju sebelum kau buka matamu.”, kata Kai lebih serius. Aku pun menyerah dan perlahan membuka kedua mataku. Namun tiba-tiba saja Kai bergerak maju, merapatkan jaraknya denganku. Aku hanya berjalan mundur karena terdesak olehnya. Namun Kai masih terus saja mendesakku dan merapatkan jarak kami, hingga akhirnya aku tidak bisa mundur lagi karena badanku sudah membentur tembok.
            “Ap..apa yang kau lakukan?”, protesku risih dengan perlakuannya. Tangan kananku hendak maju untuk mendorongnya mundur, namun tiba-tiba kedua tanganku dipegang. Aku tak bisa berkutik. Tidak puas sampai itu, kali ini wajah Kai semakin mendekat ke wajahku. Matanya masih menatap tajam. Aku menyerah dan menutup mata. Entah kenapa, saat itu aku merasa sangat kesulitan untuk bernafas. Sampai aku bisa merasakan kini ujung hidungnya telah menyentuh ujung hidungku.
-TBC-
Akhirnya chapter 4 selesai jugaa.. penasaran apa yang akan dilakukan Kai? Tunggu JJ chapter 5 ya chingu. Komennya aku tunggu J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar