JONGJAE
PART 4 It’s Show Time!
Judul :
Jongjae (Part 4)
Author : ShinJaejae
Main Cast : Kai
(EXO K), Shin Jae Jae (You), Suho (EXO K)
Other Cast :
Member EXO K
Genre :
Romance, Humor (a bit)
Rate :
PG-15
Length : Multi chapter
안녕
해바라기...!!
Ketemu lagi nih sama Jongjae part 4!! Langsung aja deh,,selamat membaca!! :D
Author POV
Siang itu
semua member berkumpul. Hari ini mereka tidak ada jadwal, maka dari itu mereka
manfaatkan untuk bermain bersama. Seperti biasa, hanya Jaejae-lah yeoja yang
ada di situ. Yeoja-yeoja lain sedang bersekolah, dan baru pulang nanti
menjelang sore. Para member tampak berseri-seri, berbeda dengan Jaejae yang
bertampang kusut. Hari ini Jaejae harus melunasi janjinya untuk mencium Kai,
dan itu merupakan desakan Chanyeol.
Akhirnya
dengan sangat terpaksa Jaejae mendekati Kai untuk menyelesaikan misinya. Kai
yang memang sudah tahu rencana Jaejae hanya tersenyum-senyum, yang semakin
membuat Jaejae menjadi semakin kesal. Sambil meneguk ludah, Jaejae pun membuka
suara.
“Kai-ah.”,
kata Jaejae ragu-ragu dan setengah berbisik. Agaknya Kai belum mendengar,
sehingga dia tidak merespon sama sekali. Wajahnya masih menunduk memperhatikan
sebuah boneka di tangannya.
“Kai!”,
Jaejae mengulang perkataannya dengan volume yang cukup keras, sehingga membuat
Kai tersentak kaget dan memalingkan mukanya ke arah Jaejae.
“Ne..ada
ap....”, perkataan Kai seketika terhenti, karena bibirnya langsung terkunci
oleh bibir Jaejae. Namun ciuman itu sangat singkat, Jaejae hanya sekedar
menempelkan bibirnya dan langsung melepaskannya. Namun di saat Jaejae
memalingkan mukanya, dengan serta merta Kai menarik tangan Jaejae dan menarik
tengkuk Jaejae dengan tangannya yang besar.
Cup!
Seketika bibir Kai mengunci bibir Jaejae. Satu detik..tiga detik..Jaejae pun
mulai tersadar dan mendorong tubuh Kai.
“Ya!!Kau!!”,
teriak Jaejae sambil memandang Kai dengan pandangan tidak percaya.
“Yang ini
lebih terasa, kan?”, jawab Kai sambil tersenyum jahil. Member lain yang melihat
adegan yang sangat singkat itu hanya terbengong. Mulut mereka membulat seakan tak percaya. Akhirnya
Chanyeol mulai bertepuk tangan dan tertawa.
“Kalian!
Kalian semua menyebalkan!”, teriak Jaejae. Akhirnya dia pun berlari menuju
kamarnya. Suho yang baru menyadari keadaan itu mulai membuka suara.
“Kai!
Kenapa kau seperti itu? Jaejae itu yeoja, kenapa kau perlakukan seperti itu?”,
tanya Suho dengan nada meninggi. Sepertinya dia sudah pulih dari rasa kagetnya.
“...” Kai
hanya termenung, menunduk.
“Kau ini
seorang namja, kenapa sikapmu seperti itu. Itu sama saja kau tidak
menghargainya.”, lanjut Suho lagi. Mendengar kata-kata Suho semua member
terdiam. Suho pun segera beringsut dari tempat itu dan menyusul Jaejae.
“Mianhe, hyung.”,
kata Kai sambil menatap kepergian Suho.
“Bukan aku.
Tapi Jaejae yang harusnya kau mintai maaf.”, jawab Suho sambil terus berlalu
tanpa memandang Kai.
---
Suho POV
Kulihat dia
terduduk di balkon kamarnya. Kamarnya sama sekali tidak terkunci, maka dari itu
aku langsung bisa tahu dia ada di balkon.
“Pabo!
Harusnya aku tahu kalau Kai akan begini!” kudengar suaranya, berteriak-teriak.
Pipinya basah oleh air matanya yang mengalir. Kakinya yang tertekuk setengah
dia jejak-jejakkan ke depan.
Aku
langsung menghampirinya. Jaejae pun kaget dan mengusap pipinya dengan kedua
punggung tangannya. Aku langsung duduk di sampingnya.
“Op..oppa.”,
katanya sambil mengusap air matanya. Sepertinya dia malu jika terlihat
menangis.
“Kau,
menangis? Kau tidak apa-apa kan?”, tanyaku khawatir. Kuusap lembut kepalanya
dan merapikan rambutnya yang agak kusut.
“Ngg..ani..gwenchana,
oppa.”, jawabnya memaksa tersenyum.
“Maaf atas kejadian tadi.”, kataku sambil
memandangnya.
“....”
“Aku yang
membuat hukuman itu, sehingga kau harus begini.”
“....”
“Mianhe,
jongmal mianhe.”
“Ani, buka
Oppa yang salah. Kai-lah yang salah. Oppa jangan meminta maaf padaku.”
“....”
“....”
“Mianhe.
Jongmal mianhe.”
---
Author POV
Jaejae
masih sibuk membaca novel yang kini dipegangnya. Telinganya tertutup
headset warna putih yang mengalunkan lagu-lagu dari Ipod
kesayangannya. Sudah lebih dari 20 menit dia duduk di bawah dengar bersandarkan
tempat tidurnya, menghadap tempat tidur Kai.
Pintu kamar
terbuka, seketika Kai masuk. Jaejae yang masih asyik dengan dunianya tampak tak
menyadari kehadiran Kai. Tangan kanan Kai memegang dua kaleng jus, dan sebelah
tangannya lagi memegang palu mainan. Kai pun segera duduk di samping Jaejae,
yang seketika membuat Jaejae terkesiap.
“Tak usah
bingung, noona. Ini untukmu.”, ujarnya menyadari perubahan wajah Jaejae. Jaejae
hanya terdiam, enggan untuk menanggapi karena dia masih marah dengan kejadian
siang tadi. Tangan Kai mengulurkan sekaleng jus apel pada Jaejae, namun Jaejae
masih enggan menerimanya.
“Terimalah.
Aku tahu kau masih marah padaku. Tapi jangan menolakl jus yang bisa membuatmu
semangat lagi.”, kata Kai lagi. Dengan ragu Jaejae menerima kaleng itu dan
membukanya. Headsetnya pun ia lepaskan dari telinganya. Kai tersenyum, jus
jeruk di tangannya pun sudah terbuka dan isinya sudah membasahi kerongkongannya.
Mereka berdua masih diam. Bertahan pada posisi masing-masing.
“Mianhe,
Noona.”, Kai membuka suara. Pandangannya masih terpaku pada kaleng jus yang
digenggamnya.
“Untuk
apa?”, jawab Jaejae yang masih tidak berpaling dari novel di hadapannya.
“Untuk
kelancanganku siang tadi.”
“Hm.”
“Tapi,
sebenarnya kan aku membantumu menyelesaikan misi itu, noona.”
“....”
“Noona..”
“....”
“Mianhe...aku
hanya ingin membantumu.”
“Ya! Memang
awalnya kau membantu, tapi akhirnya kau mencuri kesempatan!”, kata Jaejae yang
melotot pada Kai.
Pletak!
“Awww!!
Appo!!”, kata Kai meringis. Novel yang ada di tangan Jaejae kini menimpa
kepalanya.
“Rasakan
itu!”, kata Jaejae penuh kemenangan.
“Kau tidak
adil. Memukulku seperti ini!”
“Itu hukuman untukmu karena
kelakuanmu siang tadi!”, jawab Jaejae penuh kemenangan. Seketika dia pun
tertawa melihat Kai yang meringis kesakitan sambil mengusap-usap kepalanya.
“Nah, kau sudah merasa lebih
baik, kan?”, kata Kai tersenyum melihat Jaejae sudah tertawa.
“Belum!”
“Noona...jeongmal mianhe. Jeongmal.”,
kata Kai tulus. Matanya menatap Jaejae dalam-dalam. Jaejae mulai merasa rikuh.
“Hhh.. Ba..baiklah.. Kau
kumaafkan. Tapi kau jangan berani mengulangnya lagi.”
“Nah. Sekarang kau sudah lebih
baik, kan? Kalau begitu bagaimana kalau kita main Byong-Byong Bulk?”, kata Kai
bersemangat. Tangan kanannya memegang palu byong.
“Baiklah.
Aku mulai duluan.”, kata Jaejae langsung merebut palu mainan dari tangan Kai.
“Cham..Cham..Cham!”, kata Jaejae
semangat. Diayunkannya palu ke arah kiri dengan cepat, dan Kai terjebak.
Pletak! Palu itu berhasi mendarat di
kepala Kai.
“Awww!!
Appo!”, kata Kai mengusap kepalanya yang sakit. Jaejae pun mau tak mau tertawa.
Diayunkannya lagi palu ke kiri, dan Kai tertipu dengan mudahnya. Akhirnya palu
pun mendarat lagi di kepala Kai. Jaejae pun mengayunkan palunya lagi. Kali ini
ke arah kanan. Tapi Kai dengan cepat menggerakkan kepalanya berlawanan arah
dengan palu itu, yang seketika membuat Jaejae cemberut. Direbutnya palu itu
dari tangan Jaejae dengan cepat.
“Cham..cham..cham!”, Kai mengayunkan
palunya ke arah kiri dengan bersemangat. Jaejae yang kalah cepat pun menengok
ke arah kiri. Jaejae kaget, takut kepalanya dipukul oleh Kai. Mulutnya membulat
membentuk huruf O. Melihat wajah Jaejae itu, Kai tertawa dan lupa memukulkan
palunya. Melihat Kai lengah, Jaejae berusaha melarikan diri. Secepat kilat dia
berlari ke luar kamar.
“Ya!
Noonaaaa!! Kau mau ke mana? Kau curaaaang!Jangan lariii!!”, teriak Kai yang
menyadari Jaejae sudah melesat pergi dari hadapannya. Seketika Kai berlari
mengejar Jaejae keluar dari kamarnya.
Suara
gedebuk kaki dan teriakan kedua orang itu membuat orang-orang yang berada di
lantai bawah mendongak ke atas. Melihat kelakuan Kai dan Jaejae yang
berkejaran, dan akhirnya kini mereka berdua berebutan palu, para member yang
berada di bawah hanya bengong.
“Mereka
berdua sangat ajaib. Dua jam yang lalu mereka bertengkar, sekarang lihatlah,
mereka malah sudah baikan dan berpelukan seperti itu.”, kata Baekhyun membuka
suara sambil menunjuk tempat di mana Kai dan Jaejae berada. Kai berusaha
merebut palu dari tangan Jaejae. Palu itu diletakkan Jaejae di depan tubuhnya,
dan punggungnya ia gunakan untuk menghalangi Kai. Sedangkan kedua tangan Kai
berusaha menggapai palu yang disembunyikan Jaejae. Dan begitulah keadaan
seperti itu tercipta, sehingga orang-orang menyangka mereka sedang berpelukan.
Baekhyun pun menggeleng-gelengkan kepalanya sambil bergumam.
“Sudahlah.
Biarkan mereka begitu. Lebih baik daripada tadi mereka berdiaman. Ayo, lanjutkan
mainnya.”, kata Chanyeol menengahi dan mengajak mereka bermain kembali. Semua
member pun memalingkan wajah mereka kembali ke meja permainan kecuali Suho yang
masih memandang Kai dan Jaejae di lantai atas.
----
Still
author POV
Akhir pekan...
Hari ini
adalah waktu syuting acara EXO K dan pasangannya. Mereka mengambil tempat
syuting di Dongdaemun. Tampak para staf dan kameramen sibuk mempersiapkan peralatan
yang akan digunakan untuk syuting. Manajer dan PD tampak berbincang-bincang.
Sedangkan para member dan yeoja yang sudah siap hanya duduk-duduk sambil
membaca script. Mereka semua tampak diam, hanya Chanyeol dan Baekhyun yang
tampak bermain sendiri. Dan setelah menunggu selama sepuluh menit, syuting pun
dimulai. MC mulai membuka acara.
“Selamat siang
semua. Kita kembali lagi dengan para member EXO K dan pasangan mereka
masing-masing.”, kata MC membuka acara tersebut dengan lancar dan menarik. Dan
akhirnya MC pun mengatakan misi acara hari ini.
“Tantangan
untuk kalian adalah membeli sebuah benda yang nantinya akan kalian berikan pada
pasangan kalian masing-masing. Kalian akan kami beri waktu 15 menit untuk
membeli. Dan kalian hanya akan kami beri uang sejumlah 15 ribu won.
Berbelanjalah sesuatu untuk pasangan kalian. Tapi kalian tidak boleh tahu hadiah
yang akan diberikan oleh pasangan kalian, karena nantinya kalian harus menebak
benda mana yang dibeli oleh pasangan
masing-masing.”, kata MC panjang lebar.
“Emm..chakkaman.
Itu berarti kita harus membeli secara sendiri-sendiri?”, tanya Kyungsoo polos.
“Tentu
saja, jangan sekali-sekali mencoba untuk curang, ya!”, kata MC menjawab
pertanyaan Kyungsoo. “Nah, sekarang kalian sudah mendapatkan uang
masing-masing! Siaap..mulaai!!”
Semua orang
segera berlari untuk mencari barang yang akan dibelikan untuk pasangan mereka.
Begitu juga Jaejae yang langsung berlari melesat untuk mencari hadiah yang
nantinya akan diberikan pada Kai. Akhirnya dia pun sampai di sebuah toko
langganannya. Jaejae memutari toko itu untuk mencari hadiah apa yang tepat
untuk diberikannya pada Kai. Setelah menimang-nimang cukup lama, dia pun
menentukan pilihannya.
“Kurasa ini
akan cocok untuk Kai. Ahjumma, tolong bungkuskan yang satu ini untukku.”, kata
Jaejae sambil memanggil penjaga toko itu.
“Ne, tentu
saja. Untukmu, karena kau pelanggan tetap tokoku, kau akan kuberikan diskon
spesial hari ini. Untukmu, kuberikan harga 10ribu won saja.”, jawab ahjumma itu
tersenyum. Tangan kanannya terulur menerima barang pilihan Jaejae, kemudian dia
mulai membungkusnya.
“Jeongmal?
Gamsahamnida ahjumma..”, Jaejae merespon dengan sangat senang tawaran itu.
Diulurkannya uang 10 ribu won pada ahjumma itu. Beberapa saat kemudian, barang
itu sudah terbungkus rapi dan berpindah tangan ke Jaejae. Jaejae pun
meninggalkan toko itu, setelah berterimakasih pada pemilik toko itu. Saat dia
melangkah keluar, secara tidak sengaja ia bertemu Suho yang melintas di depan
toko itu.
“Oppaa!!”,
teriak Jaejae senang sambil melambaikan tangannya ke arah Suho. Suho pun berpaling
ke arahnya dan tersenyum. Kemudian berjalan menghampirinya.
“Kau sudah
selesai membeli sesuatu untuk pasanganmu, Oppa?”, tanya Jaejae. Kini dia
berjalan berdampingan dengan Suho.
“Ne, sudah.
Kau sendiri? Apa yang kau beli?”, jawab Suho ramah.
“Tentu saja
kau tak boleh tahu. Ini rahasia. Hehehe.”
“Ah, kau
ini pelit sekali. Aku juga tidak akan memberitahukan padamu apa yang telah
kubeli.”, jawab Suho sambil mencubit gemas pipi Jaejae. Jaejae pun tertawa.
“Oppa, kau
mau makan es krim? Ayo kita beli es krim. Kita masih punya waktu 5 menit kok.”
“Es krim?
Tapi aku sedang tidak membawa uang. Uang 15 ribu won tadi sudah habis kupakai.”
“Aaahh,sudahlah.
Ayo cepat ikut aku. Yang penting kita sekarang makan es krim. Aku yang
traktir.”, sahut Jaejae sambil menggandeng tangan Suho untuk berlalu. Suho yang
kebingungan hanya menurut saja, bahkan kameramen yang sedari tadi mengambil
gambar mereka hanya ikut membuntuti.
“Tap..tapi..darimana
kau dapat uang Jaejae? Dompet kita kan dibawa oleh manajer.”, Suho masih
mencari jawaban dari Jaejae. Kini mereka
berdua sudah berada di depan toko es krim. Jaejae pun memesan 2 es krim
untuknya dan Suho. Tiba-tiba saja seseorang menepuk bahu Suho dari belakang.
“Hyung,
sedang apa kau di sini?”, tanyanya dengan suara berat.
“Oh,
Chanyeol. Ini, Jaejae mengajakku untuk makan es krim.”, jawab Suho yang kini
tahu bahwa Chanyeol sudah di belakangnya. Jaejae mau tak mau ikut menoleh
mendengar seseorang yang ikut bergabung dengan dia dan Suho. Tetapi menyadari
bahwa itu Chanyeol, raut mukanya seketika menjadi cemberut.
“Jaejae-ah.
Bolehkah aku ikut bergabung? Aku juga ingin makan es krim.”, pinta Chanyeol
pada Jaejae.
“Ani.”,
jawab Jaejae sambil mehrong.
“Kau masih
marah padaku? Ayolah, itu kan permainan. Baiklah, aku mengaku aku salah padamu.
Mianhe.”, jawab Chanyeol sungguh-sungguh. Jaejae pun nampak berpikir.
“Ini, 1 es
krim rasa coklat dan 1 es krim rasa vanilla.”, kata ahjumma itu, yang membuat
Jaejae kaget dan menoleh padanya. “Jadi totalnya adalah 5ribu won.”
“Ah, ne.
Chakkaman ahjumma.”, Jaejae pun mendekat pada Chanyeol. Dia berbisik di telinga
Chanyeol. Chanyeol merendahkan sedikit kepalanya, sehingga Jaejae dapat meraih
tinggi Chanyeol.
“Baiklah,
aku memaafkanmu. Tapi kalau kau bisa membujuk Ahjumma ini untuk memberikan 1 es
krim ekstra untukmua tanpa kau harus membayar.”, kata Jaejae sambil terkikik
pelan. Chanyeol yang mendengar permintaan Jaejae itu awalnya merasa keberatan,
namun karena dia ingin memakan es krim juga, mau tak mau disanggupinya pula.
Dia pun berjalan ragu-ragu menghampiri ahjumma penjual es krim.
“Eung..anyeong
haseyo ahjumma. Eung, bolehkah saya mendapatkan 1 es krim lagi dengan rasa
vanilla? Tapi uangku hanya 5ribu won.”, pinta Chanyeol pada ahjumma itu serius.
“Bisa. Tapi
kau harus menunjukkan aegyomu dulu.”, jawab ahjumma itu menggoda Chanyeol.
Chanyeol yang mendengar permintaan itu hanya menggaruk-garuk kepalanya. Serta
merta ia mengeluarkan aegyonya. Kedua tangannya mengepal di samping tangannya,
dan wajahnya membentuk ekspresi lucu dan mulutnya mengerucut. Jejae, Suho, dan
ahjumma yang melihat aegyo Chanyeol itu terpekik girang, lalu tertawa. Chanyeol
malu dengan aksinya tadi. Dia serta merta berjongkok ke bawah. Kedua tangannya
menutupi wajahnya yang memerah.
“Ini 1 es
krim vanilla ekstra untukmu. Kau sangat tampan dan cute.”, kata ahjumma itu.
Wajahnya masih merekahkan senyumnya. Jaejae dan Suho menerima es krim ekstra
itu, kemudian membungkuk untuk mengucapkan terimakasih. Chanyeol pun bangkit
dan membungkuk pada ahjumma itu, lalu berlari menyusul Jaejae dan Suho.
“Kau daebak
Chanyeol. Daebak.”, kata Jaejae serta merta sambil menyendok es krim coklatnya.
Suho pun memberikan 1 es krim vanilla tadi pada Chanyeol.
“Kau,
membuatku malu.”, jawab Chanyeol gemas, kemudian menjitak pelan kepala Jaejae.
Jaejae pun mengusap-usap kepalanya bekas jitakan Chanyeol tadi. Tapi kali ini
dia tersenyum senang.
---
Semua orang
sudah berkumpul. Hadiah pun sudah dikumpulkan kepada staf acara itu. Kali ini
para yeoja dan namja berbaris di hadapan masing-masing meja. Posisi mereka
saling membelakangi. Meja di hadapan para yeoja berisi hadiah yang dibeli oleh
para namja, begitu pula sebaliknya dengan meja di hadapan barisan para namja.
Kini mereka harus memilih salah satu hadiah yang kira-kira pasangan mereka
berikan.
---
Kai
POV
Bingung.
Mana hadiah yang dibelikan oleh noona padaku. Aku tidak tahu apa yang noona
pikirkan tentangku. Kuamati keenam hadiah di meja itu dalam-dalam, dan ada
sebuah hadiah yang benar-benar menarik perhatianku. Dan aku pun menentukan
pilihanku itu.
Mc
memberikan intruksi pada pada kami-para namja- untuk berbaris di depan. Tangan
kanan kami harus diulurkan ke atas sambil memegang hadiah yang kami pilih.
Yeoja yang merasa hadiahnya kami ambil harus berdiri di belakang kami. Entah
kenapa dadaku berdebar saat MC akan menyuruh kami membalikkan badan untuk
mengetahui siapa sebenarnya pemilik dari hadiah yang kami pilih.
“Nah..saatnya
EXO K untuk membalikkan badan. 1...2..3..!!”, kata MC seketika. Aku pun membalikkan badan untuk mengetahui siapa yang
membelikan hadiah ini. Dan yang ada di belakangku adalah Jaejae noona. Otomatis
aku tersenyum lebar. Pilihanku tepat.
---
Jaejae
Tibalah
saatnya aku memilih kado yang dibelikan oleh masing-masingg pasangan kami.
Jujur saja, aku sangat bingung menentukan kado apa yang kira-kira Kai berikan
untukku. Sejenak kuamati hadiah-hadiah di depanku, dan akhirnya aku menentukan
sebuah pilihan. Sebuah boneka keroro kecil, karena aku sangat menyukai tokoh
animasi itu. Tangan kananku sudah terulur untuk mengambil boneka itu.
“Aku ambil
yang ini.”, kata Eunhye –pasangan Sehun—tiba-tiba. Boneka yang awalnya ingin
aku ambil sudah lenyap diambil oleh Eunhye. Aku, yang notabene sebagai orang
tertua hanya mengalah dan mengambil hadiah yang masih tersisa, yaitu sebuah
kalung dengan liontin berbentuk bunga tulip. Liontin itu berwarna bening, namun
di tengahnya berwarna biru cerah. Kalung itu terlihat sangat cantik. Namun aku
sendiri tidak tahu hadiah itu milik siapa.
Kami pun
berdiri di depan dengan mengangkat tinggi-tinggi hadiah yang kami pilih. MC pun
menghitung mundur. Aku berbalik untuk mengetahui siapa yang membelikan kalung
ini. Di depanku sudah berdiri namja itu. mengembangkan senyuman yang menawan.
Dalam sedetik aku kaget dan melongo melihatnya, namun sedetik kemudian aku
tersenyum, ya, senyum yang sangat lebar.
---
Suho
POV
Acara ini
sudah selesai. Namun kami belum segera
pergi dari tempat ini. Aku sendiri masih berbincang-bincang dengan Hyesung,
pasanganku untuk acara ini. Saat aku berbincang-bincang dengannya, tiba-tiba
ada yang datang ke arah kami.
“Anyeong
haseyo. Suho oppa, Hyesung-ah.”, sapa orang itu yang ternyata adalah Jaejae.
“Ne, ada
apa Jaejae?”, tanyaku
“Eung..aku
ingin mengembalikan ini pada Hyesung.”, jawabnya tersenyum sambil mengulurkan
sesuatu dari sakunya. Tangan kanannya menggenggam sebuah kalung berliontin
bunga tulip. Kalung yang kubeli tadi.
“Tap..tapi..aku
tidak apa-apa unnie.”, jawab Hyesung ragu-ragu. Sepertinya dia kaget.
“Aniyo. Ini
adalah hadiah pemberian Suho oppa untukmu. Tidak seharusnya aku menyimpannya.
Ini adalah milikmu.”, jawab Jaejae sambil menggeleng. Tangan kirinya pun meraih
tangan Hyesung yang masih bingung, lalu kalung itu diletakkannya di tangan
Hyesung.
“Jaga
baik-baik kalung itu. Aku pergi dulu. Anyeong.”, kata Jaejae tersenyum, dan
segera berlalu dari hadapanku. Tangannya melambai, mengucapkan selamat tinggal.
Melihat itu aku hanya tertegun.
---
Author
POV
Kedua orang
itu masih beerdiam-diaman. Entah setelah kejadian tadi siang mereka berdiam tak
berbicara satu sama lain.
“Noona,
kenapa kau tadi bisa salah mengambil hadiah? Apa kau tak tahu bahwa aku
membelikan boneka keroro itu untukmu?”, tanya Kai pada Jaejae yang hanya duduk
di tepian tempat tidurnya sambil melamun. Lama Jaejae tidak merespon yang Kai
katakan. Hingga akhirnya Kai pun kesal dan mulai bangkit dari tidurnya
menghampiri Jaejae. Dia pun duduk di samping Jaejae , tangan kanannya mengacak
lembut puncak kepala Jaejae.
“Ya! Apa
yang kau lakukan?”, tanya Jaejae yang telah pulih dari lamunannya. Tangannya
berusaha menyingkirkan tangan besar Kai dari kepalanya.
“Kau dari
tadi tak menjawab pertanyaanku. Sebenarnya apa yang kau pikirkan?”
“Eung, ani.
Memang kau tanya apa tadi?”
“Hhh. Aku
tadi tanya, kenapa kau slaah mengambil hadiah? Padahal aku tadi telah
membelikan boneka keroro itu untukmu.”
“Oh. Geure.
Awalnya aku memang ingin mengambil boneka itu, tapi karena sudah diambil lebih
dulu oleh Eunhye, aku pun hanya bisa mengambil kalung.”
“Kenapa kau
tidak merebutnya?”
“Babo! Aku
bukan orang yang suka merebut sesuatu dari orang lain.”
“Oh.
Geure.”
“...”
Mereka pun
terdiam lagi. Namun tiba-tiba Jaejae berkata yang sontak mengagetkan Kai yang
ada di sampingnya.
“Chakkaman!
Dari mana kau tahu aku suka keroro? Kurasa aku tidak pernah menceritakan itu pada orang lain.”, Jaejae
menatap tajam Kai. Wajahnya penuh dengan curiga. Kai merasa kikuk dengan
tatapan Jaejae, mencoba menjawab.
“Eung..itu..aku..aku..”,
jawab Kai sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Dia kesulitan
mencari alasan untuk menjawab.
“Ayo, cepat
katakan! Dari mana kau tahu itu?”, tanya Jaejae lagi semakin membuat Kai
terpojok. Kai gugup, mencari-cari alasan untuk menjawab pertanyaan Jaejae.
Namun beruntung, dia diselamatkan oleh seseorang yang mengetuk pintu kamar.
“Anyeong
haseyo. Kai, Unnie. Ini aku Eunhye.”
Mendengar
itu Kai langsung bangkit berdiri dan membuka pintu kamar. Eunhye tampak kaget
dengan sosok Kai.
“Eungg..mian.
bolehkah aku bertemu Jaejae unnie?”, tanya Eunhye malu-malu. Jaejae yang sudah
berada di belakang Kai mulai menyahut.
“Ne, ada
apa Eunhye?”, tanya Jaejae ramah.
“Unnie.
Mianhe. Tidak seharusnya aku tadi begitu padamu. Aku menyesal atas kejadian
siang tadi.”
“Gwenchana.
Aku tidak apa-apa.”
“Dan ini,
aku kembalikan boneka keroro ini padamu. Ini seharusnya untukmu, bukan
untukku.”, Eunhye pun berkata sambil menyodorkan boneka keroro itu. Jaejae
menerimanya dengan ragu-ragu.
“Geunde.
Sebenarnya aku tidak mempermasalahkan boneka itu lagi Eunhye. Nae gwenchana.”
“Ani unnie.
Ini milikmu. Kurasa aku harus pergi sekarang. Gamsahamnida.”, kata Eunhye
sambil membungkukkan badan.
“Ne.
Gomawo.”, kata Jaejae sambil membungkuk juga. Setelah Eunhye pergi, ditutupnya
pintu kamar. Dia pun kembali ke tempat tidurnya, sedangkan Kai sudah sedari
tadi beranjak ke tempat tidurnya..
“Eunhye
baik sekali. Dia mengembalikan boneka ini padaku. Padahal aku sudah tak
mempermasalahkannya.”
“Memang
harusnya begitu kan?”
“Kau ini!
Sudahlah! Aku mau tidur.”
Kai bangkit
dari posisi tidurnya. Menyadari Jaejae yang lupa dengan pertanyaannya tadi, Kai
pun mulai menanyakan sesuatu padanya.
“Noona.
Kenapa tadi kau membelikanku ini?”, tanya Kai sambil menimang-nimang sebuah
kotak musik kecil. Kotak itu sangat sederhana, terbuat dari kayu tipis. Di
bagian samping kotak itu terukir huruf JJ. Jika dibuka akan terdengar suara
denting piano dengan nada sederhana,tetapi sangat lembut..
“Itu.Iitu
karena aku tahu kau sangat sulit untuk tidur setiap malamnya. Ya, mungkin saja
dengan kotak musik itu kau bisa mengatasi insomniamu.”, jawab Jaejae serius.
Matanya menerawang ke langit-langit kamarnya. Kai yang mendengar jawaban Jaejae
mengamati kotak itu dalam-dalam, dibolak-baliknya kotak itu dengan seksama.
“Gomawo
noona. Gomawo.”, kata Kai pada akhirnya.
“Lalu,
kenapa kau memberiku boneka keroro ini?”
“Karena aku
tahu kau sangat suka dengan keroro.”
“Dari mana
kau tahu aku suka keroro?”, tanya Jaejae lagi. Mungkin dia kembali ingat dengan
pertanyaannya tadi yang hilang. Kai kaget, dia mulai gugup lagi. Mencari-cari
alasan untuk menjawab pertanyaan Jaejae.
“Sudah
malam noona. Aku ingin tidur. Selamat malam.”, kata Kai akhirnya. Dia menyerah
untuk menemukan alasan. Ditariknya selimut lalu berbalik tidur membelakangi
Jaejae.
“Ya! Kau
ini! Dasar!”, kata Jaejae geram. Kai tetap tak menoleh. Sampai akhirnya sebuah
bantal melayang ke arah Kai. Dan Kai tetap diam.
---
Jaejae
POV
Pagi ini
tidak seperti biasanya. Biasanya setelah aku menyiapkan teh untuk sarapan dan
kembali ke kamar, pasti akan kulihat Kai masih tertidur di tempat tidurnya.
Namun pagi ini tidak, Kai tidak ada di tempatnya. Tak terdengar juga suara
gemericik air. Kai ke mana? Namun aku tidak begitu mempedulikan di mana Kai
sekarang. Aku pun segera ke samping tempat tidurku, membereskan buku-buku yang
berantakan. Saat aku berdiri berbalik ke belakang untuk membuang sampah,
tiba-tiba saja Kai sudah berdiri di hadapanku.
Rambut Kai
terlihat masih basah. Air dari rambutnya mengalir membasahi tubuhnya yang tidak
tertutup baju. Dia hanya memakai celana jeans panjang kesayangannya. Matanya
menatap tajam ke arahku. Aku hanya meneguk ludah untuk menghilangkan
kegugupanku.
“Kk..kkau..kkau
kenapa tiba-tiba datang begitu. Kau seperti hantu saja.”, kataku gugup. Aku berusaha
menenangkan irama jantungku yang semakin tidak teratur. Mataku kututup karena
aku tak sanggup menatap mata Kai. Kai hanya diam, tak menjawab apapun.
“Ccc..cepat
kau pakai bajumu. Sudah kubilang padamu untuk tidak membuka bajumu lagi di
hadapanku.”, kataku masih sambil menutup mataku.
“Noona.
Buka matamu. Jangan menghindariku lagi.”, kata Kai dengan nada misterius.
“Tidak.
Sebelum kau memakai bajumu.”, kataku menolak.
“Aku tidak
akan memakai baju sebelum kau buka matamu.”, kata Kai lebih serius. Aku pun
menyerah dan perlahan membuka kedua mataku. Namun tiba-tiba saja Kai bergerak
maju, merapatkan jaraknya denganku. Aku hanya berjalan mundur karena terdesak
olehnya. Namun Kai masih terus saja mendesakku dan merapatkan jarak kami,
hingga akhirnya aku tidak bisa mundur lagi karena badanku sudah membentur
tembok.
“Ap..apa
yang kau lakukan?”, protesku risih dengan perlakuannya. Tangan kananku hendak
maju untuk mendorongnya mundur, namun tiba-tiba kedua tanganku dipegang. Aku
tak bisa berkutik. Tidak puas sampai itu, kali ini wajah Kai semakin mendekat
ke wajahku. Matanya masih menatap tajam. Aku menyerah dan menutup mata. Entah
kenapa, saat itu aku merasa sangat kesulitan untuk bernafas. Sampai aku bisa
merasakan kini ujung hidungnya telah menyentuh ujung hidungku.
-TBC-
Akhirnya
chapter 4 selesai jugaa.. penasaran apa yang akan dilakukan Kai? Tunggu JJ
chapter 5 ya chingu. Komennya aku tunggu J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar