JJ
(JongJae(?)) Chapter 2 Don’t Lie!
Author : Shin Jae Jae
Judul : JJ (JongJae(?))
Genre : Romance, friendship
Rate : PG-13
Length : Multi Chapter
Cast : Main cast : Shin Jae Jae
(you), Kim Jongin (Kai)
Other cast : EXO K, Kim Jonghyun (SHINee) ,
Park JunHae
Annenyong
readers!! :D Come back with Jong Jae chapter 2..happy reading deh :D
Kai POV
Kami
semua sudah berkumpul di ruang makan untuk makan malam. Malam ini kami akan
diambil gambar untuk variety show ini. Ajusshi bilang kalau ini adalah acara
perkenalan dan beramah-tamah, jadi kami harus relaks. Sekitar 10 menit kami
diberi pengarahan terlebih dahulu, kemudian staff make up sedikit memperbaiki
penampilan kami. Kami berpakaian casual
untuk pengambilan gambar ini. Yeoja pun juga begitu. Dan akhirnya acara
dimulai.
MC
pun membuka acara. Singkatnya, acara berjalan begitu saja tanpa ada hambatan
berarti. Kami memperkenalkan diri masing-masing. Aku mulai mengenal nama-nama
yeoja di hadapanku. Kami melanjutkan perkenalan sambil makan malam. Setelah
selesai makan, kami membuat permainan untuk memutuskan siapa yang mencuci
piring. Permainan itu biasa saja, hanya dengan Kawee Bawee Boo.
Sudah
diputuskan yang mencuci piring adalah satu dari namja dan satu dari yeoja. Aku
pun mulai bermain dengan para hyung serta Sehun. Dan seperti biasa, Suho hyung
lah yang kalah. Di pihak Yeoja, tak kusangka noona lah yang kalah.
Suho
POV
Seperti
biasanya, aku selalu kalah dalam permainan ini. Entah kenapa, para dongsaengku
kurasa punya trik untuk menang dalam permainan batu gunting kertas. Aku hanya
pasrah dan menerima hukuman ini. Dari yeoja ternyata yang kalah adalah Jae Jae.
Aku pun segera membantunya untuk mencuci piring bekas makan kami.
“Aahh..kau
kalah ya Jae Jae.”, kataku menyapa.
“Hmm,,nde
oppa. Aku benar-benar tidak berbakat kalau harus bermain batu-gunting-kertas.
Permainan konyol.”, kata Jae Jae dengan wajah datar.
“
Hehehe..kalau begitu kita bernasib sama. Baiklah, sini aku bantu.”, jawabku
sambil memindahkan piring-piring. Kami berdua mulai sibuk membersihkan
piring-piring itu.
“Mungkin
hanya perasaanku saja atau bagaimana ya oppa. Tapi kurasa sekarang dongsaeng
mempunyai trik untuk bisa memenangkan permainan itu.”, Jae Jae membuka
pembicaraan.
“
Ah, aku setuju sekali. Aku juga selalu kalah dalam permainan itu. Kita bernasib
sama.”, jawabku.
“Emm,,ngomong-ngomong.
Kau ini lahir tahun 92 bukan?” lanjutku.
“Nde,
benar oppa. Eh, benar kan aku menyebutmu oppa?Hehe, karena kukira kau 91
line.”, jawabnya tersenyum.
“Iya,
benar. Kau sebut aku oppa. Karena kau 92, maka Chaenyol dan Baekhyun itu
chingumu. Kyungsoo, Sehun dan Kai adalah dongsaengmu. Kau di Korea sudah berapa
lama Jae-ssi?”, jawabku lagi.
“Oh,
jadi aku 92 line dengan Baekhyun dan Chaenyol?”, Jae Jae terkekeh. “Panggil
saja aku dengan Jae-a oppa. Aku baru satu tahun di sini, jadi maaf kalau aku
terkadang salah bicara.”
“Ngg,
anni. Bahasa Koreamu bagus sekali, walaupun baru satu tahun kau di sini. Kau di
sini melanjutkan studi bahasa? Menarik sekali.”
“Hahaha.
Kamsahamnida oppa. Aku memang suka bahasa, bahasa apapun oppa.”
“Lalu
kau tinggal di sini dengan siapa? Orang tuamu juga ikut ke sini?”
“Emm,,anni.
Aku ke sini sendiri. Orang tuaku masih di Indonesia, dan aku tinggal di sini
dengan Jonghyun oppa. Dia kukenal sewaktu kami bertemu di bandara, ternyata dia
baik sekali. Mulai dari itu aku terus tinggal bersama Jonghyun oppa.”
“Hmm,,Jonghyun?
Apa yang kau maksud itu Jonghyun member SHINee?”, tanyaku menyelidik. Tapi dia
membalasku dengan senyuman saja. Aku bertambah penasaran, namun kualihkan ke
topik lain.
“Ngg,,Jae Jae-ah, aku benar-benar
penasaran. Selama ini aku hanya makan makanan Korea. Lain waktu kau mau
memasakkan untukku sebuah makanan dari Indonesia? Aku ingin mencicipinya.”
“Oh?
Jinjja? Kau ingin merasakan masakan Indonesia? Ah, aku senang sekali. Pasti,
pasti aku akan memasakkan untukmu oppa. Setiap hari pun aku juga mau.”, jawab
Jae Jae dengan wajah berseri-seri. Wajahnya dengan mata bulat, dan double eyes
lid itu pun semakin cantik saja di mataku.
“Janji?
Kau mau berjanji kan? Bagaimana kalau Sabtu depan?”, jawabku bersemangat.
“Hmm,,boleh.
Tapi aku harus membeli bahan-bahannya dulu oppa.”, jawabnya tak kalah semangat.
“Baiklah,
akan kutemani kau berbelanja bahan makanan. Sabtu depan setelah sarapan
bagaimana? Pasti menyenangkan.”, kataku bersungguh-sungguh.
“Oke
oppa. Sabtu depan aku akan membuatkan makanan terlezat untukmu.”
Kami
terus berbincang-bincang selama kami menyelesaikan pekerjaan kami. Jae Jae,
yeoja yang unik dan sangat lucu. Diam-diam terselip rasa ingin tahu yang luar
biasa di hatiku untuk semakin mengenali yeoja ini.
---
5
hari kemudian...
Shin
Jae Jae POV
Sudah
lima hari aku tingal di dorm EXO K. Sedikit banyak aku sudah mengenal mereka.
Tetapi hanya Kai yang menurutku orang yang paling aneh. Dia namja yang sangat
aneh menurutku. Setiap hari selalu ada saja ulahnya untuk membuat kami
bertengkar. Entah mengambil buku kuliahku, menyembunyikan sepatuku di atas
almari, atau yang lain. Siang nanti EXO K akan rehearsal untuk penampilan
mereka di Korean Open Concert. Tiba-tiba ponselku bergetar, ada sebuah pesan
masuk.
Dari : Park Jun Hae
Jae-ah. Bagaimana kabarmu? Aku hanya ingin memberitahumu kalau kita
dapat tugas membuat makalah dan dikumpulkan lusa. Kau tidak ingin terlambat
mengumpulkannya kan? Ayo segera membuat, dan hari ini ada kuliah dadakan
Profesor Lee Sang. Cepatlah jangan sampai melampaui pukul setengah sembilan
pagi!
Kubaca
pesan itu lalu menengok ke arah jam dinding. Hwaa!! Ini sudah jam 7 pagi! Dan
aku belum mandi! Segera saja aku mengambil tas dan membereskan bukuku. Kemudian
aku segera berlari ke kamar mandi. Sial, kamar mandi masih digunakan Kai.
“Kai!!
Segera percepat mandimu! Aku ada kuliah dadakan hari ini! Aku harus segera
berangkat! Ppali ppali!”, kataku sambil menggedor pintu kamar mandi.
“Yaa!!
Jangan menggedor pintu noona! Aku baru mandi!”, jawab Kai.
“Yaa!!
Ppali ppali Kai! Aku tidak ingin terlambat kuliah!”, jawabku kesal.
“Terserah
aku dong! Kau ini mengganggu orang mandi saja! Sebentar lagi.” Jawab Kai
setengah berteriak.
Aku
mendengus kesal. Hah, kenapa juga aku tadi tidak mandi lebih dulu. Daripada aku
duduk tidak ada kerjaan, aku pun segera berlari ke dapur untuk membuat sarapan
untukku. Lumayan lah makan sandwich di pagi hari. Setiba di dapur aku langsung
menyambar 2 pasang roti tawar, lalu dengan cepat kuisi dengan selada dan
mentega. Aku pun mengocok telur lalu kugoreng. Saat sedang membuat sandwich
kudengar langkah orang datang.
“Hmm..wangi
sekali. Waah, noona. Sedang apa kau di sini? Kau membuat sandwich untuk kami?”,
tanya orang itu yang ternyata Kyungsoo.
“O,
ummm..mianhae Kyungsoo..aku membuat ini untukku sendiri. Aku baru saja mendapat
pesan dari temanku kalau aku ada kuliah dadakan pagi ini. Kamar mandi sedang
dipakai Kai. Jadi daripada aku diam tak melakukan apapun lebih baik aku membuat
sarapan.”, jawabku
“Emm..tak
apa-apa noona. Akan kubantu. Lebih baik kau mandi dulu saja. Akan kuselesaikan
sandwichnya untukmu.”, tawar Kyungsoo ramah.
“Oh?
Joengmalyo?”, jawabku dengan mulut terbuka. “Kamsahamnida Kyungsoo-ssi.”,
“Nde,
chanmanaeyo. Sudah cepat sana. Nanti kau terlambat noona.”, jawabnya langsung
meraih sandwich dari tanganku dan mulai menyelesaikannya.
Aku
pun berlari menuju kamarku. Aku tiba di sana bersamaan dengan Kai yang keluar
dari kamar mandi.
“Hyaaaaaa!!!”,
aku berteriak terkejut dengan kehadiran Kai. Kai yang panik langsung
menghampiriku dan menutup mulutku.
“Noona!!
Kenapa kau berteriak seperti itu? Teriakanmu itu bisa mengagetkan seluruh orang
di rumah ini!”, kata Kai panik lalu melepas tangannya. Aku yang menyadari
teriakanku sangat kencang, kemudian berbicara dengan merendahkan volumeku.
“Yaa!!
Bagaimana aku tidak terkejut? Kau keluar dengan seperti itu!”, jawabku sambil
menunjuk ke arahnya. “Cepat pakai bajumu!!”, perintahku sambil menutup mata.
Jujur saja, aku memang sangat terkejut tadi. Tiba-tiba Kai keluar dengan tubuh
topless, memamerkan absnya.
“Oh,,haha.
Kukira ada apa. Bukannya kau suka dengan pemandangan seperti ini?”, jawabnya
terkekeh.
“Yaa!!
Kau ini bicara apa! Cepat pakai bajumu sekarang juga!”, aku berkata tetap masih
menutup kedua mataku dengan tangan.
“Iya,iya.
Aku pakai baju sekarang. Sudah, buka matamu dan cepat mandi sana!”, jawab Kai
sambil tertawa.
Aku
membuka tanganku, dan benar saja, kai sudah memakai baju. Aku bisa bernafas
lega. Langsung saja aku mengambil baju dan handukku lalu segera masuk ke kamar
mandi. Setelah 15 menit aku pun keluar. Kulihat Kai duduk di atas tempat
tidurnya sambil menyeringai.
“Kenapa
kau melihatku begitu?”, tanyaku merasa aneh dengan pandangannya.
“Tak
apa-apa noona. Kau ada kuliah hari ini?”, tanyanya.
“Nde,
kuliah dadakan. Dan aku sudah hampir terlambat gara-gara kau.”, jawabku kesal.
“Haha.
Kuliahmu kan nanti jam setengah sembilan. Ini baru pukul setengah delapan
noona.”
“Kim
Jong In-ah. Kau tahu kan? Jarak tempat ini ke kampusku berapa jauh? Aku harus
menaiki subway selama setengah jam.”, jawabku melotot.
“Haha,
kau semakin cantik kalau sedang melotot.”, Kai terkekeh.
Aku
tidak mempedulikannya. Langsung kusambar tas dan sepatuku, kemudian berlari ke
lantai bawah untuk mengambil bekal sandwichku tadi.
“Noona.
Ini bekalmu. Sudah kusiapkan. Hati-hati di jalan.”, kata Kyungsoo sambil
menyerahkan kotak makanan berisi sandwich kepadaku.
“Kamsahamnida
Kyungsoo. Aku pergi dulu.”, jawabku sambil melambaikan tangan. Kotak makanan
itu langsung kumasukkan ke dalam backpackku.
Aku
melangkah tergesa-gesa karena takut terlambat. Tapi baru 100 meter aku
melangkahkan kaki keluar dari dorm, aku merasa ada yang membuntutiku. Benar
saja, setelah kutengk ke belakang ada yang membuntutiku. Orang itu sangat tidak
asing, Kai. Aku mendengus kesal.
“Ya!!Kai-ah!
Kenapa kau membuntutiku?”, tanyaku kesal.
“Aku
tidak membuntutimu noona. Aku hanya ingin berjalan-jalan mencari makanan.”,
jawabnya sambil menyeringai. Dia pun mempercepat langkahnya dan mulai
menyusulku. Kini aku dan Kai berjalan beriringan.
“Kalau
begitu kenapa kau mengikutiku? Lebih baik kau makan di dorm saja. Kyungsoo tadi
sudah menyiapkan sandwich untuk kalian semua.”, jawabku.
“Ah,
aku tidak mau makan sandwich. Aku ingin makan makanan yang lain.”, sergahnya
enteng.
“Dan
kau yakin akan pergi dengan penampilan seperti itu?”, aku bertanya dan
menghentikan langkahku. Namja itu memakai jaket tebal dengan kaos putih di
dalamnya, memakai jeans biru dan sepatu warna putih. Sederhana, namun terlihat
cocok dengan posturnya yang tinggi. Kai yang melihatku berhenti ikut
menghentikan langkahnya.
“Memangnya
ada yang salah dengan penampilanku noona?”, tanyanya sambil melihat ke arahnya
sendiri. Dari wajahnya dapat terbaca “Sepertinya baik-baik saja”
“Anni.
Tidak ada yang salah. Tapi apa kau yakin pergi tanpa menutupi wajahmu? Kau
ingin di jalan nanti semua fansmu datang dan mengeroyokmu? Hmm?”, jawabku
sambil melipat kedua tanganku di depan dada.
“Ah,
benar juga katamu Noona. Baiklah, kupakai ini saja.”, jawabnya sambil merebut
topi di kepalaku, kemudian meneliti topi itu dan memakainya.
“Ya!
Kenapa kau ambil tanpa permisi? Aiish..kau ini. Topi saja tidak cukup. Apa kau
tidak membawa masker?”
“Tidak
noona. Atau aku ambil dulu ke dorm?”
“Ah,
terlalu lama. Pakai punyaku saja!”, jawabku sambil mencari masker di tasku.
Setelah kutemukan segera kuserahkan pada Kai. Sebuah masker warna hitam dengan
corak tengkorak warna putih. Dia menerimanya sambil meneliti masker itu lagi.
“Semua
barang-barangmu memang harus bermerk JJ ya? Bahkan masker sekalipun?”, tanyanya
sambil memakai masker.
“Ye.
Bukan hanya masker, gelang pun juga. Sudah, kajja! Aku sudah hampir terlambat.
Aku pun mempercepat langkah menuju subway.
---
Kuliah
yang diberikan profesor Lee Sang sudah selesai. Aku pun berjalan ingin menuju
ke taman untuk memakann sandwich yang kubawa tadi. Tiba-tiba kurasakan ponselku
bergetar. Panggilan masuk dari nomor yang belum kukenal. Lalu segera kuangkat.
“Yoboseyo.
Nuguya?”, jawabku.
“Ya!
Noona. Segeralah ke kantin kampusmu. Aku tadi makan di sini, dan lupa membawa
uang. Kau bisa kemari kan?”, jawab orang di seberang telepon. Aku segera bisa
mengetahui warna suara orang itu.
“Kai-ah.
Bisa tidak sih kau sehari tidak menyusahkanku? Kenapa juga kau makan tidak
membawa uang?”, jawabku kesal.
“Hahaha.
Kutunggu kau di sini noona. Kajja.”, jawab Kai sambil menutup telpon.
“Tap..tapi..”.
Kalimatku terputus karena Kai menutup telepon. Kuambil nafas panjang lalu
segera menyusul Kai ke kantin kampusku. Beberapa menit kemudian aku tiba di
kantin itu. Kulihat Kai duduk masih menggunakan topi, namun maskernya
diturunkan. Melihatku datang, dia melambaikan tangan. Segera kudekati tempat
duduknya, kemudian duduk di hadapannya.
“Kau
ini kenapa selalu menyusahkan aku? Kenapa juga kau malah ke sini?”, tanyaku
penuh selidik.
“Hehehe..aku
tadi tergesa-gesa noona, sampai aku lupa membawa dompet. Aku pinjam uangmu dulu
noona.”, jawabnya sambil tersenyum, menatapku.
“Haish,
kau ini. Tapi dari mana kau tahu nomor telponku? Aku kan tidak membagikannya
pada siapapun di dorm.”, aku bertanya penasaran, sambil mengeluarkan kotak
bekal yang diberikan Kyungsoo tadi pagi.
“Umm..kau
lupa noona. Dulu kan kau mengirim form dan ada nomor teleponmu. Hehe. Wah, kau
bawa apa noona? Sepertinya enak.”, jawab Kai langsung menyambar sebuah sandwich
dari kotak makanan yang kubuka.
“Ya!!
Kau ini kebiasaan ya! Suka menyerobot milik orang lain tanpa permisi! Engg,eh.
Katamu kau sudah makan? kenapa makan lagi? Dan katanya kau tak suka sandwich?”,
tanyaku curiga.
“Ah,
biar saja noona. Sandwichnya enak sekali. Kau yang membuatnya noona?”, Kai
balik bertanya sambil mengunyah sandwichnya.
“Hah.
Bisa-bisa aku jadi darah tinggi karena kau Kai. Semua pertanyaanku bahkan tak
kau jawab. Ini yang membuatkan Kyungsoo tadi pagi. Baik juga dia mau menyiapkan
bekal untukku.”, jawabku tersenyum, lalu mulai mengunyah sandwich di depanku
ini.
“Ha?
Kyungsoo hyung yang membuatkanmu? Haish.”, kata Kai berhenti mengunyah dan
meletakkan sandwich di meja. Kemudian dia mulai meminum soft drink di depannya
dengan cepat.
“Katamu
tadi enak? Kenapa malah berhenti makan?”, tanyaku dengan mulut penuh.
“Kau
ini noona. Jangan bicara kalau mulutmu penuh. Telan dulu. Ini minum untukmu.”,
kata Kai menyeringai, lalu menyerahkan sekaleng apple juice untukku. Setelah
berusaha keras mengunyah sandwich dan menelannya, aku pun minum jus yang
diberikan Kai.
“Apple
juice? Dari mana kau tahu aku suka apple juice?”, tanyaku serius.
“Engg..Umm..hanya
asal tebak saja. Sudah, habiskan dulu makananmu. Uangmu mana noona? Biar aku
yang bayarkan minuman ini.”, jawabnya agak gelagapan, kemudian meminta uang
kepadaku. Akhirnya aku berikan uang 15ribu won padanya untuk membayar minuman
itu.
“Emm,
Kai. Kau ada rehearsal jam berapa?”, tanyaku pada Kai setelah dia kembali ke
meja tadi.
“
Jam 1 siang noona. Tempatnya di sekitar Busan. Memang kenapa?”, jawabnya sambil
duduk.
“Ah?
Jinjja? Jam 1 siang? Ayo segera bergegas! Kita bisa terlambat nanti!”, kataku
panik sambil melirik arlojiku. Jam 12.15. dan perjalanan ke sana kira-kira 45
menit. Belum lagi perjalanan untuk jalan kaki. Haduh! Sial!
---
Di
tempat rehearsal
3
menit sebelum rehearsal...
Suho
POV
Manager
hyung terus mondar-mandir. Dia sedang bingung, gelisah karena sampai sekarang
Kai belum muncul. Padahal rehearsal 3 menit lagi akan dimulai. Dia terus
menelepon Kai, namun sepertinya tidak berhasil. Member yang lain pun ikut
gelisah karena Kai belum datang, padahal dia adalah main dancer EXO K. Aku
berusaha menenangkan member lain, walaupun sebenarnya hatiku lebih gelisah dari
yang bisa mereka bayangkan.
“Sudahlah,
tenanglah teman-teman. Aku yakin sebentar lagi Kai akan datang.”, kataku dengan
nada sebiasa mungkin, agar mereka bisa tenang.
“Tapi
sebentar lagi kita tampil hyung. Sebenarnya kemana perginya Kai tadi?”, tanya
Baekhyun yang terlihat agak kesal.
“Sudahlah,
kalian langsung menuju panggung saja dulu! Nanti Kai akan kusuruh untuk segera
menyusul kalian. Oke!”, kata manajer hyung pada kami.
Kami
pun menurut saja, dan dengan langkah berat kami beranjak ke panggung. Tiba-tiba
ada orang yang memanggilku dari belakang. “Suho hyung! Suho hyung!”. Aku segera
menoleh, dan kulihat Kai telah datang sambil berlari-lari. Nafasnya
terengah-engah. Tak lama setelahnya, kulihat Jae Jae juga berlari-lari.
“Minum
ini dulu. Atur nafasmu! Ayo kita segera ke panggung!”, kataku sambil
menyodorkan sebotol air minum pada Kai. Aku merasa kasihan padanya.
“Kamsahamnida
hyung. Baiklah.”, jawab Kai dengan nafas terengah-engah, kemudian meminum air
yang kuberikan tadi. Kamii pun segera beringsut ke panggung untuk melakukan rehearsal.
Aku sempat melirik ke arah Jae Jae dan mendapati dia sedang bersama manajer
hyung. Mereka berhadap-hadapan dan membicarakan sesuatu, namun aku tidak tahu
apa.
---
Shin
Jae Jae POV
Setelah
kami turun di stasiun pemberhentian, kami segera berlari menuju tempat rehearsal.
Di perjalanan aku terus memarahi Kai.
“Kenapa
kau tak pernah mendengarkanku? Aku sudah bilang tadi untuk tidak mengikutiku,
tapi kau nekat! Dan kau tahu apa akibatnya sekarang? Kau terlambat untuk
melakukan rehearsal!”, aku berkata pada Kai sambil berlari-lari.
“Hehehe.
Mianhe noona. Lain kali aku akan mendengarkanmu. Kajja! Kita sudah hampir
sampai!”, jawabnya enteng.
Aku
hanya bisa diam, karena nafasku seperti hampir habis. Tapi aku berusaha untuk
terus berlari menembus kerumunan orang. Dan akhirnya kami sampai di backstage,
Kai pun memanggil Suho oppa yang terlihat akan segera ke panggung. Aku pun
berhenti berlari. Sambil berusaha menarik nafas, ku atur detak jantungku. Baru
saja aku istirahat, manajer oppa datang kepadaku dan menatapku dengan pandangan
kesal.
“Kau
ini bagaimana? Apa yang kau pikirkan? Kau tahu kan kalau hari ini Kai akan
melakukan rehearsal? Kemana saja kau ajak Kai?”, tanyanya dengan wajah kesal.
Aku berusaha mengatur nafas untuk menjawab pertanyaannya.
“Chongsoehamnida
ajusshi. Memang aku yang salah karena mengajak Kai sampai dia telat begini.”,
jawabku merasa bersalah. Aku pun menunduk.
“Jangan
kira karena kau sekarang menjadi pasangan Kai, kau dengan seenaknya mengajak
Kai kemana saja! Ingat, Kai itu punya jadwal yang padat! Dan hari ini kau
hampir mengacaukannya!”, teriak manajer kepadaku.
Aku
hanya bisa terdiam menunduk, dan hanya berulang-ulang menjawab dengan meminta
maaf. Entah berapa menit manajer oppa memarahiku. Dia terus-terusan memarahiku,
aku pun hanya diam saja.
“Baiklah.
Lain kali kejadian seperti ini jangan sampai terulang lagi. Aku tidak akan
memaafkanmu kalau kau berulah seperti ini lagi.”, kata ajusshi pada akhirnya
setelah memarahiku habis-habisan. Dan kembali, aku hanya bisa meminta maaf dan
menunduk. Setelah ajusshi berlalu, aku pun terduduk. Tak terasa air mataku
berlinang.
“Ini
memang salahku. Harusnya sejak tadi pagi aku menyeret Kai untuk tidak
mengikutiku tadi.”, gumamku sambil menangis.
---
D.O
POV
Setelah
Kai datang, kami langsung bergegas menuju panggung untuk persiapan rehearsal.
Aku masih dapat melihat Jae Jae noona berlari-lari di belakang Kai, nafasnya
tersengal-sengal. Lalu kulihat manajer hyung menghampirinya, sepertinya dengan
wajah kesal. Itu hal terakhir yang bisa kulihat, karena aku ditarik oleh Suho
hyung untuk segera pergi. Pikiranku masih berkecamuk dengan keadaan noona.
Namun sebisa mungkin aku berkonsentrasi dengan rehearsal ini.
Setelah
berada di atas panggung, ternyata rehearsal kami belum dapat dimulai karena
terjadi kerusakan kecil pada mic Kai. Aku pun meminta waktu pada produser untuk
permisi sekitar 5 menit, dan aku diizinkan. Sesegera mungkin aku berlari ke
belakang panggung.
“Noona,
kau tidak apa-apa?”, tanyaku sedikit khawatir dengan keadaan yeoja di hadapanku
ini. Sebelumnya kulihat manajer hyung berlalu dari hadapan noona dengan wajah
kesal.
“Umm..umm..aku
tidak apa-apa.”, jawabnya tergagap, mengusap wajahnya tetapi tak berani
mendongak untuk melihatku.
“Kau
menangis noona?”, tanyaku hati-hati. Aku tahu saat ini dia sedang
menyembunyikan air matanya di hadapanku. “Katakan padaku apa yang telah terjadi
padamu noona.”
“Tidak
ada apa-apa, hanya..aku hanya ..emm..mataku kemasukan debu kyungsoo-a.”,
jawabnya dengan suara bergetar. Kali ini dia berani menatapku.
“Kau
tak perlu menyembunyikan ini noona. Aku tahu kau pasti dimarahi oleh manajer
hyung karena dia kira kau yang membuat Kai terlambat bukan?”, tanyaku lebih
serius. Dan pertanyaanku itu sukses membuat dia terkaget.
“Wae..wae..darimana
kau tahu?”, tanyanya heran.
“Hanya
menebak. Dan ternyata benar kan.”
“Engg..kenapa
kau di sini? Kau tak seharusnya di sini. Cepat kembali ke panggung.”, usirnya
dengan wajah khawatir.
“Sudahlah,
kau tak perlu cemas denganku. Pasti kau mengakui bahwa kaulah yang telah
menculik Kai dan membawanya ke sini terlambat kan? Padahal Kai lah yang
mengikutimu noona.”
“Ha?
Darimana kau tahu Kai mengikutiku?”
“Tadi
pagi saat aku menyiapkan sarapan aku bertemu Kai dan dia bilang ingin pergi
denganmu.”
“O..ooo..”
“Kau
tidak apa-apa kan noona? Manajer hyung memang selalu berkata dengan gaya
seperti itu. Jangan kau masukkan ke dalam hati. Dia begitu karena kepeduliannya
yang besar pada kami.”
“Gwenchanaeyo.
Aku tidak apa-apa. Arasso. Aku paham dengan manajer oppa.”
“Engg..baiklah
aku akan kembali ke panggung noona. Uljima noona.”, kataku sambil segera
berlalu. Kalimat terakhir yang kuucapkan terdengar agak menggantung, namun
sepertinya noona mendengar.
“Mmm..Nde Kyung..Kyungsoo-a.”, itu
jawabannya terakhir yang dapat kudengar. Aku segera bergegas menuju panggung.
Kai
POV
Lelah
sekali rasanya badanku setelah rehearsal tadi. Bagaimana tidak? Setelah aku
berlari-lari di jalan tiba-tiba langsung ke panggung dan melakukan rehearsal.
Tapi tak apa, karena salahku juga yang terlambat datang. Mengingat kejadian itu
pikiranku langsung tertuju ke noona. Dan aku pun langsung bergegas ke belakang
panggung untuk mengetahui keadaan noona. Ternyata noona masih di sana.
“Ya,
noona. Kau masih di sini.”, sapaku saat bertemu dengannya. Namun ada yang agak
aneh, matanya terlihat agak sembab, seperti habis menangis. “Kau..kau tidak
apa-apa kan noona? Apa yang terjadi?”, kataku dengan nada khawatir.
Dia
hanya menjawab dengan mengangguk, lalu tersenyum. Kemudian dia membagikan jus
kaleng pada semua member. “Kalian pasti lelah. Aku traktir kalian jus.”
Kata-katanya
itu langsung kami sambut dengan semangat. Kami membuka jus yang kami pegang
masing-masing. Lalu Baekhyun hyung berceletuk,”Wah, asik sekali kalau tiap hari
kita ditraktir begini. Gamsahamnida Jae Jae. Oh iya, kau akan melihat
penampilan kami di panggung nanti kan?”. Semuanya langsung menyahut dengan
senang dan mengajak noona.
“Ngg..sepertinya
aku tidak bisa Baekhyun. Aku ada tugas kuliah yang harus segera kukumpulkan.
Menyebalkan sekali di saat hampir liburan seperti ini aku harus mengerjakan
tugas.”, jawabnya sambil menggeleng, lalu membuang nafas panjang. “Siapa
diantara kalian yang pandai berbahasa Inggris? Aku perlu bantuan untuk
mengerjakan tugas ini.”
Mendengar
pernyataan itu kami tersenyum. “Baekhyun hyung sepertinya adalah yang terbaik
untuk bahasa Inggris, noona. Kau minta dia ajari saja noona.”, jawab Sehun
sambil tersenyum.
“Nde,
benar! Baekhyun jjang! Bahasa Inggrisnya luar biasa!”, komentar Chaenyol hyung
dengan suara keras. Baekhyun hyung sebagai orang yang ditunjuk malah tertawa
garing dan terlihat malu-malu. “Ah, kalian ini. Aku tidak sepandai itu.”
“Jinjja?
Baiklah Baekhyun-a. Kau nanti malam tidak ada acara kan? Jadi kau bisa
membantuku untuk menyelesaikan tugas ini.”, jawab noona dengan wajah
berseri-seri.
“Ehm,
arasso. Tapi aku punya satu syarat. Kau harus datang dan melihat penampilan
kami setelah ini. Ara?”, jawab Baekhyun hyung sambil mengacungkan jari
kelingkingnya. “Arasso, aku janji.”, jawab noona menyambut dengan kelingkingnya
juga. Kini kelingking keduanya saling bertautan.
“Baiklah
Jae Jae, kami pergi dulu. Ada sesuatu yang harus kami kerjakan dulu. Nanti kami
ke sini lagi.”, jawab Suho hyung dan menarik satu-persatu member untuk
mengikutinya. Aku masih tak beranjak dari tempatku.
“Noona,
katakan padaku. Apa kau tadi menangis?”, tanyaku serius padanya dan menatapnya
dengan penuh arti. Pertanyaaku membuatnya kaget dan dan balas menatapku, namun
tak bersuara apapun. Entah berapa lama kami bertatapan seperti itu.
---
Jae
Jae POV
“Aah..kenapa
begitu sulit Jae Jae? Bahasa Inggrisku tidak sebagus yang kau kira.”, kata
Baekhyun sambil membolak-balik kamusku. Bibirnya mengerucut, seperti bingung,
dia pun mulai menggaruk-garuk kepalanya. Aku hanya terkekeh melihatnya begitu.
“Hehe..sebenarnya
aku ingin meminta bantuanmu untuk membenarkan bahasa Koreaku ini. Aku kan baru
belajar juga, jadi banyak yang salah. Kalau ada yang mengerti bahasa Inggris
kan setidaknya ada yang mengetahui maksudku, jadi dapat membenarkan kalimat
yang kubuat.”, jawabku sambil tersenyum.
“Aaahh..arasso.
tapi sepertinya kalimat yang kau buat sudah benar. Hmm,, memangnya kau selalu
bertanya begini jika mengerjakan tugas?”, tanyanya manggut-manggut.
“kalau dulu
sebelum aku ke sini aku selalu dibantu oleh Jonghyun oppa. Tapi kalau di sini
aku tidak tahu harus minta bantuan siapa lagi. Terimakasih mau membantuku.”,
jawabku
“Chanmanaeyo. Apa
Kai sudah benar-benar tertidur? Sepertinya dia kelelahan. Kasihan sekali maknae
itu.”, kata Baekhyun sambil memandangi Kai yang sudah tertidur. Kami memang
belajar di kamarku dan Kai. Kai juga ikut membantuku mengerjakan tugas tadi.
Tapi mungkin karena bosan, dia memilih untuk tidur.
“Nde, sepertinya
dia sudah tidur. Sepertinya sudah malam, lebih baik kau segera istirahat.”,
kataku pada Baekhyun yang menguap.
“Ngg,, chakkaman.
Aku hanya ingin bertanya. Benarkah tadi siang kau menculik Kai? Dan karena itu
manajer hyung memarahimu?”, tanya Baekhyun penasaran.
“Ah, wae? Kenapa
kau masih membahas itu lagi? Nae gwenchanaeyo Baekhyun-ah.”, jawabku sebisa
mungkin menyembunyikan masalahku.
“Ya! Kau tak perlu
membohongiku Jae Jae. Aku tahu semuanya. Kai mengikutimu ke kampusmu tadi
sampai akhirnya Kai terlambat rehearsal. Dan manajer hyung menyangkamu kau yang
mengajak Kai bukan?”, lanjut Baekhyun.
“Hhhh, nde, kau
benar. Tapi kau berjanji jangan sampai Kai tahu masalah ini, aku tak mau dia
merasa bersalah pada manajer.”, jawabku kalah.
Baekhyun hanya
menjawab dengan berakting mengunci rapat-rapat bibirnya dengan kunci, kemudian
kuncinya dibuang. Aku melihat itu tersenyum “Gomawo, Baekhyun-ah.”
“Haha. Arasso. Aku
mau istirahat dulu. Selamat tidur Jae Jae.”, kata Baekhyun bangkit dari
duduknya, kemudian mengacak rambutku.
“Nde, cepat tidur
sana. Dan semoga mimpi indah.”, aku pun tersenyum sambil mengantar Baekhyun ke
pintu kamar.
“Tenang saja, aku
nanti akan memimpikanmu Jae Jae.”, jawabnya sambil menyeringai. “Annyong”
Aku tertawa.
Kurasakan rasa kantuk mulai menyerangku. Segera kututup pintu agar aku segera
bergegas tidur. Saat aku membalikkan badan, sontak aku kaget karena Kai sudah
berdiri di hadapanku dengan tatapan aneh. Heran. Kaget. Atau marah. Atau
ekspresi apa aku tak mampu membacanya.
-TBC-
How?How?Jelek?Lucu?Atau
gimana?Pokoknya semua ditunggu komennya ya!!
Gomawo
*bow with Kai&Lay*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar