JONGJAE (Chapter 3) a Little Mission
Author : Shin
Jae Jae
Judul : JJ
(JongJae?)
Genre :
Romance, friendship
Rate :
PG-13
Length :
Multi Chapter
Cast :
Main cast : Shin Jae Jae (you), Kim Jongin (Kai)
Other cast : EXO K, Kim Jonghyun (SHINee) ,
Park JunHae
Hai
chingudeul.. :D come back with JJ story. Mian lama, soalnya dari admin emang
ngantri FFnya, jadi publishnya lama. Penasaran apa yang dilakukan Kai?
Checkidot.. :D
Happy
reading :D
Part 3
Shin Jae
Jae POV
Aku
masih terkejut dengan kehadiran Kai yang tiba-tiba berada di hadapanku.
Tiba-tiba Kai menarik tanganku yang sejak tadi membatu, kemudian membawaku ke
balkon. Aku masih mematung, menatap punggungnya dengan berbagai pertanyaan di
kepalaku. “Apa Kai mendengar semuanya
tadi? Apa Kai tadi hanya berpura-pura tidur? Apa yang harus kukatakan padanya
nanti?”
“Noona,
katakan padaku yang sejujurnya. Kenapa kau lakukan semua itu? Wae?Kenapa kau
menyembunyikannya dariku?”, tanya Kai padaku. Posisi kami kini berhadapan. Kai
menatapku tajam. Aku bahkan tak mampu membaca arti tatapannya.
“Mwo?
Memangnya apa yang aku sembunyikan darimu?”, jawabku bingung.
“Kau
tak usah berpura-pura noona. Aku dengar semua yang kau bicarakan dengan
Baekhyun hyung. Kenapa kau sembunyikan itu dariku noona?”, tanyanya semakin
memojokkanku.
“Mmm..aku..aku..hanya..”,
jawabku terbata-bata. Bingung harus menjawab apa, namun memori manajer yang
memarahiku tadi kembali datang ke kepalaku.
“Kenapa
kau yang harus dimarahi manajer hyung? Kau tak bersalah, aku lah yang salah.
Kenapa kau mengatakan kau yang mengajakku?”, tanya Kai sambil
menggoyang-goyangkan badanku. Aku tak mampu berkata apapun. Kepalaku menunduk.
Air mataku berlinang mengingat apa yang dikatakan manajer tadi siang. Aku pun
juga merasa bersalah telah menyembunyikan ini dari Kai.
“Aku
tadi yang mengikutimu, kenapa kau malah menyalahkan dirimu sendiri di depan
manajer hyung? Kenapa kau tak bilang aku lah yang bersalah? Kenapa noona?
Kenapa?”, suara Kai kini semakin terdengar tinggi. Entah kenapa aku merasa ada
rasa khawatir dalam nada suaranya itu. Tapi aku masih tidak bergeming dengan
posisiku. Kai pun semakin menggoyang-goyangkan badanku semakin keras.
“YA!
APA KAU PIKIR DENGAN AKU MENGATAKAN YANG SEBENARNYA MANAJERMU AKAN BEGITU SAJA
PERCAYA? APA AKAN ADA ORANG YANG PERCAYA SEORANG ARTIS MENGIKUTI FANSNYA SAMPAI
LUPA JADWALNYA? JADI AKU MENGATAKAN YANG SEBENARNYA ATAU TIDAK, TIDAK AKAN
MEMENGARUHI KEADAAN! TETAP AKU PASTI AKAN DIMARAHI!!”, jawabku sambil
mengangkat wajahku, menatap mata Kai lekat-lekat. Tanpa kusadari air mataku
semakin berlinang deras.
“KAU
PERGI DENGANKU SAAT ITU, JADI OTOMATIS KAU ADALAH TANGGUNG JAWABKU KAI! KAU
PAHAM!”, suaraku bergetar saat mengucapkan itu. Kai yang mendengar jawabanku
diam, tak berkata apapun. Namun mata kami masih bertatapan.
Grepp
“Mianhe
noona. Jeongmal mianhe.”, kata-kata itu lembut terucap dari mulut Kai.
Udara
tengah malam musim dingin yang sedari tadi menusuk tulangku kini seperti tak
terasa lagi. Hangat. Ya, aku merasa hangat. Kata-kata Kai tadi benar-benar
membuat semua emosiku hilang seketika. Hanya dua kalimat, namun aku tak mampu
menjawabnya. Bahkan aku tak mampu melihat ekspresinya saat mengatakan itu,
karena tangannya yang besar telah meraih badanku. Dia memelukku. Erat sekali.
Hangat. Nyaman yang kurasakan. Tubuhku seperti membatu, bahkan tak bisa hanya
untuk membalas pelukannya. Entah berapa lama kami bertahan pada posisi itu.
Hanya malam yang tahu.
---
D-1
( malam sebelum acara memasak untuk Suho)...
Shin
Jae Jae POV
Ear
phone ini masih setia di telingaku, mengalunkan lagu-lagu yang kusukai. Aku
masih berkutat dengan novel di hadapanku ini, menyelami alur demi alur. Sampai
tiba-tiba kurasakan ponselku bergetar, ada sebuah pesan dari nomor yang tidak
kukenal.
Dari: 001-5087-xxx
Jae-Jae ah. Apa yang sedang kau lakukan? Kuharap kau masih ingat untuk
membuatkan masakan Indonesia untukku besok. J
Leader Suho.
“Mwo? Suho oppa mengirim pesan padaku?
Bagaimana dia bisa tahu nomor ponselku?Hmm,,pasti karena formku waktu itu.”,
kalimat itu berputar-putar di kepalaku. Lalu secepat kilat aku membalas pesan
itu.
Untuk: 001-5087-xxx
Kyaa~oppa ^^. Kau mengagetkanku. Benarkah ini nomormu oppa? Akan
kusimpan. Tentu saja aku tak lupa untuk memasak untukmu. Dan novel yang sedang
kubaca ini sangat membantuku.^^
Dari: Suho oppa
Oh ya? Mianhe mengagetkanmu. Nde, ini nomor ponselku, gomawo untuk
menyimpannya :) Baiklah, besok pagi seusai sarapan kita pergi berbelanja. Oke?
^^
Untuk: Suho oppa
Arasso oppa. Tapi jangan menyesal ya, karena pasti akan melelahkan
saat berbelanja. ^^
Dari: Suho oppa
Hehehe,,pastinya tidak akan. Sudah malam, cepatlah beristirahat.
Semoga tidurmu nyenyak. ^^
Untuk: Suho oppa.
Nde, gamsahamnida oppa. Semoga tidurmu nyenyak juga. :D
Sampai
disitu kami saling mengirim pesan. Aku tersenyum-senyum melihat pesan yang
dikirimkan oleh Suho oppa.
“Ya!
Noona! Kenapa kau tersenyum-senyum sendiri? Apa kau sudah gila?”, tanya Kai
yang berbaring di tempat tidurnya. Telinganya tersumpal earphone nya.
“Biarkan
saja. Memangnya kenapa? Toh, aku juga tidak mengganggumu.”, cibirku padanya.
“Kau
ini noona. Cepatlah tidur. Sudah malam.”, katanya sambil menarik selimutnya
sampai badannya, tubuhnya pun ia balikkan membelakangiku.
“Terserah
aku mau tidur jam berapa. Memangnya kau? Dasar kau ini tukang tidur!”, jawabku
kesal. Namun sejurus kemudian kudengar suara hembusan nafas lembut, pertanda
Kai sudah tidur.
“Dasar
kau ini tukang tidur. Tidur cepat sekali.”, kataku sambil menggeleng-gelengkan
kepalaku. Kututup novel yang ada di tanganku, lalu beranjak ke tempat tidur
Kai. Kutarik selimutnya hingga menutupi pundaknya.
“Selamat
tidur Kai”, aku mengucapkan dengan suara pelan. Setelah kupastikan penghangat
ruangan bersuhu nyaman, aku pun segera beranjak ke tempat tidur.
Kai
POV
Aku
sebenarnya ingin berbincang-bincang lebih banyak dengan noona. Namun ini sudah
malam, tidak mungkin pembicaraanku kulanjutkan.
“Kau
ini noona. Cepatlah tidur. Sudah malam.”, kataku sambil menarik selimutku
kubalikkan tubuhku membelakanginya.
Aku berpura-pura tidur agar noona
bisa segera tidur. Tiba-tiba dia datang ke tempat tidurku dan menyelimutiku.
“Selamat tidur Kai.”, aku mendengar kalimat
yang diucapkan noona padaku saat menyelimutiku. Mataku terbelalak kaget, namun
seketika pula aku tersenyum. Setelah kupastikan noona tidur dengan mendengar
suara tarikan nafasnya, aku berani menjawab ucapannya.
“Selamat tidur
juga noona, semoga kau bermimpi indah.”, senyum masih menghiasi wajahku.
---
D
Day (acara memasak untuk Suho)
Hari
itu seperti biasanya, kami sarapan di meja makan. para dongsaengku (yeoja) yang
berpakaian seragam pun segera berangkat ke sekolah seusai menyelesaikan
makannya. Dan seperti biasanya pula, aku dan Suho oppa yang harus membersihkan
semua piring kotor.
“Kai,
kau ada pemotretan dengan Sehun dan Baekhyun jam berapa? Jangan sampai
terlambat.”, kata Suho oppa pada Kai.
“Eung,
nanti jam 8 kami berangkat hyung. Manajer hyung sudah bilang pada kami tadi.”,
jawab Kai seadanya. “Noona, kau ikut kan?”
“Mwo?
Ikut kemana?”, tanyaku kaget bercampur bingung.
“Tentu
saja ke pemotretan Noona.”, jawab Kai agak kesal. Dia menghampiriku. “Kau ini
polos atau memang tidak tahu sih, noona?”, tanya Kai gemas lalu mengacak
rambutku pelan.
DEG.
Entah kenapa darahku seperti berdesir dan jantungku berdegup saat Kai mengacak
rambutku. Panik! Tapi aku mencoba menutup kepanikanku dan menjawab “Eung, umm..aku..aku
tidak bisa. Aku sudah janji dengan Suho oppa hari ini.”, sahutku sambil
menyingkirkan tangan besarnya dari kepalaku, kemudian aku memandang ke arah
Suho oppa. Raut mukanya sedikit berubah, wajahnya memandang Kai seperti raut
tidak suka.
“Benarkah
itu hyung?”, tanya Kai pada Suho oppa, dan hanya dijawab dengan anggukan dan
senyuman tipis. “Ya sudahlah. Tapi lain kali kau harus ikut noona,eoh?”, lanjut
Kai dengan senyum lebarnya. Entah kenapa aku merasa hari ini Kai agak aneh dan
berbeda. Mungkin otaknya sudah tidak waras. Itu yang kupikirkan.
“Sudahlah,
cepat kau bergegas Kai. Lihatlah Sehun dan Baekhyun sudah siap.”, kata Suho
oppa menengahi. Kai pun segera beranjak dari dapur dan pergi. Aku dan Suho oppa
masih melanjutkan pekerjaan kami sambil sesekali bercanda. Udara di luar sangat
dingin memang, namun aku masih punya semangat untuk berbelanja bersama Suho
oppa.
---
Author
POV
Suho
menghabiskan makanan yang ada di hadapannya dengan cepat. Tak ada sedikit pun
yang tersisa. Hal itu membuat Jaejae tersenyum, lalu dengan cekatan dia
membereskan piring dan gelas yang dipakai oleh Suho tadi.
“Bagaimana
Oppa? Enak?”, tanya Jaejae sambil membersihkan meja.
“Neoomu
mashitta.”, jawab Suho sambil tersenyum.
“Wah!Wah!
Ada apa ini? Kenapa hyung makan tak mengajak kami?”, tanya Chaenyol yang
tiba-tiba datang bersama Kyungsoo.
“Og,
mianhe. Karena Jaejae hanya memasak satu porsi dan itu khusus untukku.”, jawab
Suho sambil tertawa puas.
“Ah,
kau curang hyung. Jaejae, lain kali kau harus memasak untuk kami juga.”, kata
Kyungsoo tak mau mengalah.
“Oke.
Aku janji. Eh, tapi aku masih punya kue untuk kita berempat. Mau?”, tawar
Jaejae yang langsung dijawab dengan anggukan dan senyuman lebar oleh yang lain.
Jaejae
pun kembali ke dapur untuk mengambil kue dan coklat panas. Dibawanya satu
piring kue dan empat cangkir coklat yang terlihat nikmat. Hari itu memang masih
pukul dua siang, tapi cuacanya masih sangat dingin.
“kalau
kita sedang berkumpul dan makan seperti ini paling asyik jika kita juga
melakukan permainan.”, ajak Chanyeol tiba-tiba.
“Setuju.
Bagaimana kalau kita bermain Truth and
Dare?”, jawab Kyungsoo tak kalah semangat.
“Lalu
apa hukumannya jika memilih Dare?”,
tanya Jaejae.
“Hukumannya
harus mencium orang yang ditunjuk, buka di pipi, tapi di bibir.”, jawab Suho
serta merta yang sukses membuat semua mata berpaling padanya. Kyungsoo yang
notabene bermata besar, wajahnya seperti tenggelam oleh matanya yang terlihat
membulat saat itu.
“Aku
setuju.”, celetuk Chanyeol.
“Aku
juga.”, sahut Suho.
“Ba..baiklah.
aku juga setuju.”, sambut Kyungsoo yang sempat terlihat ragu. Akhirnya mau
tidak mau Jaejae pun mengangguk.
Botol
pun diputar. Putarannya tidak terlalu kencang, namun cukup membuat mereka
gugup. Putaran semakin melemah dan akhirnya berhenti di hadapan Kyungsoo. Semua
pasang mata pun tertuju padanya.
“Aku
yang memberi pertanyaan.”, celetuk Jaejae. “Tapi sebelumnya, kau pilih apa? Truth or Dare?”, lanjut Jaejae.
Kyungsoo
terlihat berpikir sebentar, dan akhirnya mulutnya membuka “TRUTH!! Aku pilih itu!”.
“Baiklah,
aku ingin tanya, peristiwa apa yang membuatmu sangat sedih?”, tanya Jaejae
dengan wajah polos. Mendengar pertanyaan itu Suho dan Chanyeol langsung
mengeluh. Di sisi lain, Kyungsoo memasang tampang lega dan tersenyum senang.
“Ya!
Kenapa kau tanya hal yang tidak penting begitu, Jaejae? Kukira kau akan
bertanya tentang mantan pacarnya atau apa? Huh!”, celetuk Chanyeol dengan muka
kesal.
“Heung?
Memangnya aku salah berkata seperti itu? Kukira namja tidak akan menceritakan
kapan dan mengapa mereka menangis karena sedih. Jadi kutanyakan itu padanya.”,
jawab Jaejae innocent. Suho dan
Chanyeol yang gemas dengan Jaejae pun mencubit pipi Jaejae.
“Aww!!Appooo!!”,
jerit Jaejae. Kedua pipinya memerah karena bekas cubitan kedua namja tadi.
“Sudahlah,
pertanyaan sudah dilayangkan dan aku akan menjawab. Ini pertama kalinya aku
bercerita pada orang lain. Aku memang pernah merasa sedih, sangat sedih, dan
membuatku sangat terluka. Namun ini bukan karena yeoja atau masa training yang sangat berat.”, jawab
Kyungsoo dengan wajah serius. Ketiga orang di hadapannya kini berkonsentrasi
dengan apa yang akan dikatakan Kyungsoo lebih lanjut.
“Saat
itu kami sedang mengadakan showcase
di China. Dan saat showcase itu aku
sangat merasa sedih. Saat itu Kai terluka di pinggangnya, sehingga dia tidak
bisa menari di depan. Entah mengapa, aku merasa sangat sedih dan seperti merasakan
kesakitan Kai. Dari wajahnya terlihat dia menahan rasa sakitya demi tampil.”,
ucap Kyungsoo bersungguh-sungguh. Wajahnya pun seakan menerawang mengingat
kejadian waktu itu. Suho dan Chanyeol terdiam.
“Benar
sekali. Aku pun merasa sangat khawatir waktu itu. Aku sebagai leader merasa
sangat sedih dengan keadaan Kai. Dia sudah kuanggap dongsaengku. Saat itu
seakan-akan aku ingin menggantikan rasa sakitnya.”, tambah Suho tiba-tiba.
“Aku
bisa membayangkan bagaimana kalutnya perasaan kalian waktu itu. Aku turut
bersedih.”, kata Jaejae dengan wajah sedih.
“Sudah,
kita kan sedang bermain. Kita tidak boleh bersedih. Ayo kita lanjutkan lagi.
Kyungsoo, putar botolnya.”, celetuk Chanyeol menengahi. Kyungsoo pun segera
meraih botol itu dan memutarnya. Botol itu pun berhenti tepat di hadapan
Jaejae.
“Aku
yang ingin bertanya.”, kata Suho. “Pilih truth
or dare?”
“Bisakah
aku memilih setelah kau memberikan pertanyaan? Kumohon.”, jawab Jaejae dengan
wajah memohon. Ketiga namja itu berpikir, dan akhirnya membolehkannya.
“Baiklah,
selama ini kau selalu bercerita mengenai oppamu yang bernama Jonghyun.
Sebenarnya Jonghyun itu member SHINee atau bukan?”, tanya Suho serius.
“Ige
bwoya???? Benar-benar membuatku stress!! Kenapa dari tadi pertanyaannya hanya
enteng begitu?”, tanya Chanyeol berteriak sambil mengacak-acak rambutnya.
“Sudahlah,
ini kan pertanyaan dari Suho hyung. Kita terima saja.”, kata Kyungsoo menghibur.
Chanyeol masih terlihat stres. Di satu sisi, Jaejae menampakkan raut muka
bingung.
“Jadi,
kau mau memilih apa? Truth or dare?”,
tanya Suho. Jaejae masih menimang-nimang jawabannya. Ketiga orang yang lain
menanti pilihan jawaban Jaejae.
“Dare”, akhirnya Jaejae membuka suara
yang disambut dengan ekspresi kaget dan heran dari ketiga namja di hadapannya.
“Ya, Dare. Aku memilih Dare.”, jawab Jaejae meyakinkan jawabannya. Ketiga namja
itu heran dan saling berpandangan seakan tak percaya dengan apa yang dikatakan
Jaejae.
---
Jaejae
POV
Kalut.
Bingung. Apa yang harus kulakukan? Pertanyaan itu terus berputar-putar di
kepalaku. Kulihat kalender. Masih tanggal 10 Januari. Empat hari lagi. Ya,
empat hari lagi ulang tahun Kai. Dan aku dibuat sangat pusing karenanya.
Empat
hari yang sangat ditunggu-tunggu semua orang. Semua fans Kai tentunya. Dan juga
ditunggu-tunggu oleh para member EXO. Tapi hari itu terasa gelap di mataku. Eottokae?eottokaji?
---
Still
Jaejae POV
14
Januari, peringatan ulang tahun Kai...
Kami
semua sudah berdandan. Para member EXO K memakai kaos dan baju yang casual,
mengingat hari ini acara yang santai. Hari ini tepat ulang tahun Kai yang ke-21
untuk usia Korea. Dua hari sebelumnya Kyungsoo berulangtahun juga, dan sekarang
usianya 22 tahun (umur Korea). Perayaan ulang tahun mereka berdua digabung hari
ini karena permintaan dari manajer. Mungkin agar lebih menghemat waktu dan
tenaga.
Para
yeoja berkumpul dan bergabung dengan para fans EXO K yang sudah berdatangan. kami
mengambil tempat duduk paling depan, karena sudah diatur oleh para staff.
Pikiranku masih kalut. Dan sekarang semakin bingung. Aku bahkan tidak
berkonsentrasi pada acara itu. Yang kutahu para member berbincang-bincang
dengan fans, dan fans berteriak. Acara pemotongan kue, dan lain sebagainya.
Sesaat mataku tertuju pada sosok Suho oppa dan Chanyeol.
Saat
aku menatap kedua orang itu, tiba-tiba saja mata kami bertemu. Chanyeol
tersenyum nakal padaku dan seolah-olah mengataan padaku “Ingat janjimu”. Hah!
Kata-kata itu mengingatkanku pada kejadian seminggu yang lalu.
Flashback...
“Dare”, kataku memberi keputusan. Entah apa
yang ada di pikiranku saat itu sehingga aku memilih dare. Kulihat mereka semua
kaget dengan pilihanku, sehingga memaksaku untuk mengulangi perkataanku.
“Dare!”
“Apa kau yakin, Jaejae? Hanya untuk
pertanyaan semacam itu kau memilih Dare?”, tanya Suho oppa meyakinkanku. Aku
mengangguk menyakinkannya. “Mungkin bagi kalian pertanyaan itu sangat mudah
dijawab, tapi bagiku tidak.”, batinku.
“Baiklah, aku yang putuskan
hukumannya. Sesuai perjanjian kita tadi, hukumannya adalah mencium seseorang
yang ditunjuk. Dan aku putuskan kau harus mencium Kai tepat saat ulang tahunnya
nanti yang ke-21.”, Chanyeol pun mulai menengahi.
Aku langsung terlonjak kaget. “Ya!
Kenapa begitu? T..ti..tidak bisakah hukuman itu diganti saja?”. Saat itu
kurasakan hukuman itu sangat keterlaluan.
Chanyeol menggeleng. “Aniya. Kau
harus mencium Kai. Dan bukan di pipi, tapi di bibir. Dan itu harus kau lakukan
saat perayaan ulang tahun Kai.”
“Tapi jika Jaejae noona melakukannya
di depan para fans bukankah nanti akan menimbulkan keributan? Lebih baik saat
kita merayakan di dorm saja. Jadi hanya kita yang tahu.”, Kyungsoo menambahi. Dan itu semakin membuatku
frustrasi.
“Dan satu lagi, jangan sampai Kai
tahu dengan perjanjian kita ini. Itu akan menjadi kejutan baginya.”, tambah
Chanyeol sambil mengeluakan senyum evilnya.
“Ok!Ok! Baiklah! Aku terima!”,
putusku akhirnya. Saat itu pikiranku buntu. “Awas nanti suatu saat aku akan
membalas kalian!”, lanjutku mengancam. Kyungsoo dan Chanyeol tertawa, lalu
melakukan toss. Suho oppa kulihat dia hanya tersenyum, namun wajahnya terlihat
aneh.
End
of flashback...
Entah
tatapan Chanyeol itu membuatku sangat kesal. Sehingga tanpa sadar aku
merobek-robek kertas yang ada di hadapanku. Hal itu membuat orang-orang
menatapku aneh. Tersadar, aku pun menghentikan aktivitasku. Kai yang juga
menatapku malah semakin membuatku menjadi risih. Ah! Eottokae??
---
Suho
POV
Tepat
pukul tujuh malah kami semua berkumpul. Kami merayakan ulang tahun Kai hanya
bersama para member dan keenam yeoja. Tetapi dari tadi kulihat Jaejae belum
turun. Kami mulai berbincang-bincang sambil menanti Jaejae turun dan berkumpul.
Sesaat kemudian Jaejae pun turun dengan sebuah kotak kecil berwarna coklat di
tangannya. Wajahnya tampak pucat, ditambah lagi dengan lingkaran hitam di kedua
matanya. Nampak ia sangat kelelahan.
Kami
saling bercanda selama acara itu. Namun Jaejae hanya melamun dan sibuk pada
pikirannya sendiri. Mungkin dia terbebani oleh janjinya seminggu yang lalu.
Padahal sebenarnya hal itu sudah tidak aku permasalahkan. Malahan aku tidak
ingin mengungkitnya.
Tibalah
saat kami mengucapkan selamat ulang tahun pada Kai dan memberikan kado padanya
satu persatu. Tibalah giliran Jaejae terakhir. Dia mendekat pada Kai ragu-ragu,
namun sejurus berkata, “Bisakah kau tutup matamu sebentar?”. Kutatap Chanyeol
yang tersenyum nyengir.
Jaejae
POV
Ah,
jinjja! Badanku terasa sangat lemas. Aku bahkan tak bisa berpikir apapun.
Mungkin ini efek aku tidak makan sejak pagi tadi. Bukan karena diet, tapi
memang aku tak doyan makan gara-gara memikirkan janjiku pada Chanyeol, Kyungsoo
dan Suho. Dan akhirnya giliranku pun tiba. Giliranku mengucapkan selamat pada
Kai, dan tentunya giliranku untuk melaksanakan janjiku.
Aku
melangkahkan kakiku pelan. Sepertinya terasa sangat berat. Tenang, tenang.kau pasti bisa. Ujarku dalam hati, menghibur diriku
sendiri. Sesaat kemudian aku sudah berdiri di hadapan Kai.
“Chukkahae
Kaiah. Eung..aku ingin memberikan kado untukmu, namun, bisakah kau tutup matamu
sebentar?”, kataku pada Kai pada akhirnya. Sebenarnya aku meminta Kai untuk
menutup mata bukan karena aku ingin memberikan surprise padanay, namun karena
aku tak sanggup menatap mata Kai yang begitu dalam. Entah akhir-akhir ini aku
merasa mata Kai terlalu berbahaya untukku. Selalu bisa membuat hatiku mencelos
saat matanya bertemu dengan mataku.
Kai
pun mengangguk dan menutup kedua matanya. Perlahan namun pasti wajahku
kudekatkan ke wajahnya untuk menyelesaikan misiku. Aku bahkan tak berani
bernafas agar Kai tidak tahu. Kujingkatkan kedua kakiku agar wajahku bisa
sejajar dengan wajahnya. Jantungku semakin tak karuan bekerja. Rasanya seperti
ingin copot dan keluar dari tulang rusukku. Kututup juga mataku pada akhirnya.
Perutku mulai sakit. Kepalaku juga terasa sangat berat. Semakin kucoba
mendekatkan wajahku ke wajahnya. Gelap. Sedetik kemudian, kudengar teriakan
dari orang-orang di sekitarku.
---
Kai
POV
Kami
semua berkumpul di kamarku. Kejadian tadi berlangsung sangat cepat, aku tidak
begitu mengetahui persisnya. Mula-mula noona memintaku menutup mata, namun beberapa
saat kemudian orang-orang menjerit karena noona pingsan tepat di hadapanku.
Entah apa yang terjadi, namun segera saja kugendong tubuhnya ke kamarku.
Sementara Kyungsoo hyung membuatkan bubur untuk noona,. Baekhyun hyung
membuatkan teh ginseng hangat untuknya.
Suho
hyung mengoleskan minyak ke hidung noona agar segera sadar. Kami semua masih
merasa panik dengan pingsannya noona secara tiba-tiba. Beberapa saat kemudian
noona pun sadar dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Wajahnya pucat. Dia pun
meringis sambil memegangi perutnya. Dengan sigap Baekhyun hyung menyodorkan
secangkir teh kepada Suho hyung, yang segera dimunumkan pada noona.
“Kau
tidak apa-apa Jaejae? Kenapa kau bisa pingsan begitu?”, tanya Suho hyung
khawatir dengan keadaan noona.
“Gwenchana
oppa. Mungkin ini karena aku belum makan sejak pagi tadi.”, jawab noona lemah.
“Sejak
pagi? Sepertinya aku tidak melihatmu makan sejak kemarin sore noona.”, jawabku
dengan nada khawatir.
“Kenapa
kau tidak makan sejak kemarin Jaejae? Jaga kesehatanmu.”, kata Suho hyung lagi,
yang dibalas dengan anggukan lemah noona.
“Kau
harus makan ini. Perutmu harus diisi.ini bubur buatan Kyungsoo. Ayo makan.”,
kata Suho hyung setelah menerima semangkuk bubur buatan Kyungsoo hyung. Entah
karena insting leadernya, Suho hyung mulai menyuapi noona sendok demi sendok.
Noona pun memakannya dengan lemah. Kami semua terpaku. Begitu juga aku.
---
“Noona,
katakan padaku, sebenarnya apa yang kau pikirkan sehingga kau tidak mau makan
dari kemarin?”, tanyaku pada noona. Semua orang telah pergi untuk membiarkan
noona beristirahat. Aku menatap noona sebentar sambil menutup jendela kamar.
Kulihat noona masih terdiam dan menunduk.
“Katakan
saja padaku. Sebenranya apa masalahmu?”, tanyaku mendekat ke tempat tidurnya.
Aku pun duduk di sampingnya, selimutnya pun kunaikkan sampai menutupi
pundaknya. Kutatap dia serius. Dia pun berpikir agak lama, kemudian mulai
membuka suara.
“Sebenarnya..seminggu
lalu aku kalah bermain dengan Chanyeol, Suho dan Kyungsoo. Aku mendapat hukuman
karena itu.”, jawabnya dengan wajah tertunduk.
“Lalu
apa hukumannya?”, tanyaku lagi.
“A..A..aku
harus menciummu di saat ulang tahunmu. Dan itu membuatku sangat stres tiap kali
memikirkannya.”, jawabnya sambil mendengus kesal.
“O,,jadi
begitu.”, aku menggumam, lalu terkekeh kecil.
“Kenapa
kau tertawa begitu?”, tanyanya semakin kesal.
“Eung,
aniya. Sudahlah, kau harus segera tidur. Kau masih sakit.”, jawabku tiba-tiba.
Pandanganku mulai tertuju pada puluhan kado dari fans-fansku tadi. Aku pun
duduk di tepian tempat tidurku dan membuka kado-kado itu satu persatu.
“Kai..jangan
sampai Chanyeol tahu aku sudah mengatakannya padamu. Kau mau berjanji?”,
tiba-tiba dia bertanya.
“Hmm?
Jadi selama ini aku sebagai permainan?”, jawabku tanpa memandangnya.
“Ani.
Ani. Aku minta maaf. Ini semua salahku. Kau benci saja padaku. Tapi kumohon
jangan sampai Chanyeol tahu.”, katanya memohon.
“Waah,,topi
ini benar-benar bagus. Kau tadi sepertinya membawa kado untukku ya noona?”,
tanyaku mengalihkan. Noona hanya mendengus dan menunjuk ke arah meja, disitu
terdapat dua kotak kecil. Satu berwarna biru muda, satu berwarna coklat.
“Ambil
saja yang biru. Itu hadiah dari temanku, Junhae yang sangat menyukaimu. Jangan
kau ambil yang berwarna coklat itu.”, jawabnya sambil menunjuk kotak kecil
berwarna biru.
Kuambil
kotak berwarna biru, kubaca suratnya, dari Park Junhae. Isi kado itu adalah
boneka kecil. Kai kecil. Segera kuraih kotak kecil berwarna coklat yang
dilarang disentuh oleh noona.
“Ya!!!
Kenapa kau ambil?”, noona mulai protes.
“Wae?
Di sini tertulis untuk Kai. Jadi aku berhak membukanya.”, jawabku mencibir.
Noona ingin merebutnya, namun sepertinya ia terlalu lemah untuk bangkit.
Akhirnya dia pun pasrah.
Kubuka
kotak kecil itu. Sebuah sapu tangan berwanra biru muda dengan sulaman nama
asliku di sudut sapu tangan, yang disulam dengan huruf hangul. Sederhana, namun
manis.
“Kenapa
kau memberiku ini noona?”, tanyaku pada noona yang masih cemberut. Wajahnya
merah padam.
“Kubilang
jangan kau buka. Aku malu.”, katanya.
“Wae?
Ini bagus. Kenapa kau memberiku ini?”
“Itu..karena..Junhae
dulu pernah menonton video tentang kau yang selalu kesulitan saat mengelap
keringatmu setelah tampil. Jadi kuberikan itu agar kau bisa menyeka keringatmu
dengan sapu tangan itu. Dan mengenai hadiah itu, aku malu karena fans-fansmu
memberikan hadiah yang sangat bagus. Sedangkan aku, tidak.”, jawabnya sedikit
menyesal. Aku tersenyum kecil.
“Aku
bisa membantumu untuk menyelesaikan misimu dengan Chanyeol hyung. Jaejae noona
kaget.
“Mwo?
Apa maksudmu? Bagaimana kau membantuku?”, tanyanya tertarik.
“Ne.
Aku akan membantumu. Tapi dengan satu syarat.”, jawabku sambil menarik selimut
untuk bersiap tidur.
“A..apa?
Apa syaratnya?”, tanya noona tertarik. Dari nada bicaranya mungkin dia sudah
bangkit duduk dari tidurnya.
“Masih
kupikirkan. Yang penting kau berjanji saja. Nanti akan kuberitahu. Sekarang
cepatlah tidur. Selamat malam.”, kataku menutup pembicaraan. Mataku mulai
kupejamkan. Dan noona mendengus kesal kembali.
-TBC-
Gimana
chingu? Penasaran selanjutnya? Tunggu kelanjutannya ya *bow with Kai* ditunggu
koomennya :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar