|
Author : Shin Jaejae | Title : Time Effect (Chapter 1) |
|
Genre : Romance, Marriage Life, Drama | Rate : PG-15| Length : Chaptered | Main
Cast : Baekhyun EXO K, Shin Eunkyung (You) |
|Other
cast : EXO K member’s, and find out more|
Summary : Baekhyun, namja dingin dan
acuh tak acuh terlahir dari keluarga kaya, bertemu dengan seorang yeoja mungil
bernama Eunkyung yang sangat mandiri. Jangan
harap pertemuan yang romantis atau bahagia, namun pertemuan konyol yang
mengantarkan mereka ke kehidupan baru yang penuh lika-liku. Dapatkah Eunkyung
mengubah sifat Baekhyun yang egois dan dingin?
More and more FF again from
me‼ hehe,,kali ini pake main cast Baekhyun,biar ga bosen. Lagi terinspirasi
sama interviewnya EXO+Ceci, yang Baekhyun bilang kalau dia berimajinasi jadi
anak orang kaya dan akhirnya disadarkan seorang wanita. Namun, apakah benar
alurnya jadi begitu? Terus aja pantengin FF ini ya :D. More and more my
fanfictions just look at my web www.shinjaejae.blogspot.com
. atau mau kenalan, request FF, just mention me @catursajja. I’ll following you
back. Happy reading, guys.
-----TIME EFFECT----Chapter
1-----
Ruangan
itu nampak sangat ramai oleh tamu. Ada yang berdiri sambil bercakap-cakap, ada
juga yang berkumpul menikmati makanan dan minuman yang disajikan oleh para
pramusaji. Nampak suasana senang dan bahagia menyeruak dalam ruangan itu, namun
sepertinya itu tidak berlaku pada seorang namja yang berdiri di depan ruangan
itu. Matanya memancarkan rasa gelisah dan kesal. Rasa-rasanya dia ingin merobek
jas hitam yang kini dikenakannya, serta melempar sepatu kulit yang juga
dipakainya sekarang.
Tibalah saat-saat yang dinanti oleh semua orang. Orang
yang ditunggu pun datanglah sudah. Seorang yeoja manis dengan gaun warna merah
maroon. Wajahnya nampak berseri-seri. Dia berjalan dengan percaya diri -yah,
bayangkan saja seorang model yang berjalan di catwalk- menuju ke arah namja yang sejak tadi berdiri di depan
ruangan. Seluruh pandangan mata tamu nampaknya tersedot ke arah pasangan yang
kini berada di hadapan mereka. Mereka menunggu saat-saat mereka bertukar
cincin, karena itulah –ehm- inti dari acara
pertunangan ini. Kedua orang tua pasangan itu berdiri tak jauh dari mereka
berdua.
Cincin pun dibawa ke depan. Namja itu ragu-ragu mengambil
cincin yang diletakkan di nampan berlapis beludru merah itu. Dia pun
mengambilnya, namun sepersekian detik kemudian diletakkannya lagi cincin itu ke
tempat semula. Nafas berat pun dia hembuskan.
“Aku tidak mau menjalani pertunangan ini, Eomma, Abeoji. Aku ingin batalkan
pertunangan ini.”, ucapnya mantap. Dia begitu yakin dengan keputusannya. Dan
setelah berkata seperti itu, wajahnya seketika berubah menjadi berbeda. Seperti
orang yang menggendong batu 20 kilo selama setahun kemudian batunya tiba-tiba
hilang begitu saja.
“Mwo!? “, kata
itu terucap dari semua tamu yang ada di ruangan itu, serempak, seperti paduan
suara pada upacara bendera. Dan tentu saja, semua hadirin begitu gempar.
Apalagi kedua orang tua namja itu, mereka terkejut 100kali lipat dibandingkan
dengan para hadiri itu. Dengan masih menjaga image cool mereka, mereka bertanya hati-hati pada anak kesayangan
mereka itu, meski hati mereka sebenarnya meledak luar biasa.
“Maaf, semuanya. Anda harap tenang, mungkin anak kami
sedang gugup.”, ujar sang abeoji.
Namja itu hanya mendengus kesal, lalu menyeringai.
“AKU, BYUN BAEKHYUN MENOLAK PERTUNANGAN INI. DENGAR
SEMUANYA?? BYUN BAEKHYUN MENOLAK BERTUNANGAN DENGAN YOON YOONJI!”, teriak namja
itu –yang bernama Baekhyun- menggelegar
seisi ruangan. Semua orang bertambah terkejut, apalagi Yoonji yang ada di
sampingnya. Nampak raut mukanya begitu shock.
Perasaan Abeoji
Baekhyun seperti teraduk-aduk. Antara kesal, marah, bingung, malu bercampur
menjadi satu. Akhirnya dengan masih menjaga kewibawaanya, dia mencoba mencari
tahu alasan anaknya tiba-tiba menolak pertunangan ini.
“Baekhyunah.
Ada apa denganmu? Kenapa kau tiba-tiba berkata seperti itu?”, tanya aboejinya dengan tegas. Berbeda dengan eomma Baekhyun, yang mungkin sebentar
lagi bisa pingsan oleh keputusan mendadak anaknya itu.
“Aku punya alasan untuk itu.”, jawab Baekhyun mantap.
“Alasan apa? Katakan pada abeoji sekarang juga!”, desak abeojinya
lagi.
Dan kini giliran Baekhyun yang putar akal untuk mencari
alasan. “Kalau kubilang kalau dia yeoja
manja, 100% akan ditolak oleh abeoji alasanku ini. Aku harus berasalan apa?”,
begitu pikirnya dalam hati. Dan saat dia berpikir keras seperti itu, secara tak
dinyana (dan masih saja) -- seorang pramusaji
lewat begitu saja di hadapannya dengan nampan kosong –di
suasana yang serius seperti itu-.
“Ka..karena aku sudah mempunyai yeojachingu pilihanku sendiri! Dan..dan inilah yeojachinguku!”, kata Baekhyun, menyambar lengan pramusaji itu. Dan
sudah bisa ditebak berbagai ekspresi yang tercipta. Tamu yang semakin
membulatkan mulutnya, abeoji dan eomma yang stres berat, Yoonji dan eommanya yang pingsan, teman-teman
Baekhyun yang terkejut, dan pramusaji itu dengan wajah tak berdosanya kaget
setengah mati.
===
“Sebenarnya apa
yang kau inginkan, Baekhyun? Apa kau ingin memalukan abeoji? Apa-apaan sikapmu
tadi?”
“Yak!
Baekhyun! Kau sudah gila? Yeoja secantik dan sekaya itu kau tolak?!”
“Baekhyun!
Kenapa kau berbuat seperti itu? Apa yang kau pikirkan?”
“Hyung! Jinjja!
Keren sekali kau tadi! Semua orang melongo karena aksimu!”
“Hyung! Apa kepalamu baru saja terbentur tembok? Kau
masih ingat aku,kan?”
Begitulah komentar-komentar yang Baekhyun terima sejak dia
memutuskan membatalkan pertunangannya itu. Abeoji,
dan semua teman-temannya tak henti-hentinya berkomentar. Semua tamu sudah ditenangkan
dan dipersilakan pulang. Punggung abeoji
dan eomma Baekhyun sepertinya sudah hampir patah karena
ratusan kali membungkuk untuk meminta maaf kepada semua orang. Terlebih lagi
kepada keluarga Yoonji, mereka merasa sangat bersalah atas perbuatan Baekhyun.
Dan, bisa ditebak, mereka tidak terima dan pergi dengan kesal.
Karena situasi yang sangat darurat itu, maka abeoji
Baekhyun langsung mengadakan pertemuan khusus keluarga. Tentunya ini
bukan sekadar pertemuan, atau mungkin lebih tepatnya disebut sebagai SIDANG. Di
ruang keluarga Baekhyun yang terbilang luas itu sudah terisi oleh abeoji dan eomma Baekhyun, Baekhyun sendiri, keempat sahabat Baekhyun -Suho,
Chanyeol, Kyungsoo, dan Sehun-, serta tokoh wanita (penyelamat) Baekhyun, Shin
Eunkyung. Mereka duduk dengan ekspresi yang berbeda-beda.
“Baekhyun, jelaskan yang sebenarnya pada abeoji, kenapa tiba-tiba kau membatalkan
pertunangan ini! Hah?”, tanya Byun Sohoon, abeoji
Baekhyun, dengan sangat marah dan lantang. “Kau mau mempermalukan abeoji dengan perbuatanmu itu?”.
Baekhyun masih duduk dengan sangat tenang.
“Aku sudah berkali-kali bilang abeoji, aku tidak mau bertunangan dengan Yoonji. Apalagi menikah
dengannya.” , jawab Baekhyun dengan nada tidak tertarik.
“Lalu dia siapa? Kenapa tiba-tiba kau bilang kau punya yeojachingu?”, tanya abeojinya kembali dengan nada tinggi.
Tangannya menunjuk Eunkyung yang sedari tadi melongo tidak tahu menahu
permasalahannya. Sedangkan eomma Baekhyun sudah megap-megap shock dengan runtutan peristiwa tadi.
“Di..dia yeojachinguku.
Wae?”, jawab Baekhyun tak kalah tinggi
dengan nada abeojinya.
“Chakkamanyo.
Aku benar-benar tidak mengerti---sebenarnya—dan—wae? Kenapa aku tiba-tiba diseret
ke sini—dan—pertunangan—yeojachingu?”,
begitu kata-kata yang akhirnya keluar dari mulut Eunkyung dengan
tersendat-sendat, setelah diam begitu lama.
“Hh! Jangan kau bilang bahwa yeojachingumu ini sengaja berpura-pura jadi waitress untuk mengacaukan
acara ini!”, kata eomma Baekhyun
dengan nafas memburu.
“Ne?? Aku—bukan
berpura—“, jawab Eunkyung semakin panik. Dia
merasa semakin terdesak. Dia yang tidak tahu apa-apa tentang permasalahan yang
kini menjerat dirinya. Yang dia tahu beberapa jam yang lalu dia hanya menjalankan
pekerjaannya sebagai waitress, lalu
tiba-tiba Blam! Dia pun diseret ke sebuah masalah yang sangat besar.
“Eomma. Kumohon.
Aku tidak mau bertunangan dengan Yoonji.”,
kata Baekhyun memohon. Dia sedikit menurunkan nada suaranya pada eommanya.
“Atau
mungkin kau hanya berpura-pura menjadikan dia pacar agar kau gagal bertunangan
dengan Yoonji? Ha?”, hardik eomma Baekhyun.
“Aniyeo. Sudah kubilang dia adalah
yeojachinguku!”, teriak Baekhyun yang sudah habis kesabaran. Dan akhirnya Eomma Baekhyun pun akhirnya sampai pada
batas kekuatannya, lalu pingsan. Seluruh ruangan jadi heboh. Sahabat-sahabat
Baekhyun pun bergegas menolong eomma Baekhyun. Para pembantu di rumah Baekhyun pun
dengan sigap membopong eomma Baekhyun
menuju kamarnya.
“Kau lihat dengan apa yang kau perbuat? Baiklah kalau ini
maumu! Abeoji hanya akan memberimu
dua pilihan. Kalau memang dia yeojachingumu,
kau harus menikah dengannya. Dan kalau kau menolak, dan kami tahu bahwa kau
hanya mencari-cari alasan untuk menghindari pertunanganmu, abeoji tidak akan segan-segan memblokir semua aksesmu! ATM, Kartu
kredit, mobil, dan semuanya!”, kata abeoji
Baekhyun dengan nada sangat tegas.
Semua mata otomatis langsung tertuju padanya, tak terkecuali Baekhyun dan
Eunkyung.
“Ne?! Jin-jja—ige mwoya??‼ Tidak bisakah aku--.”, jawab
Eunkyung terbata-bata, karena dia bingung mau mengatakan apa.
“Ba…baiklah. Aku akan menikah dengan dia.”, jawab
Baekhyun berat. Dia tidak bisa berpikir apa-apa lagi, karena pilihan yang kedua
terlalu sulit untuknya. Mata Eunkyung beralih melotot ke arah Baekhyun.
“Baiklah. Kalian akan menikah 2 minggu lagi. Persiapkan
diri kalian.”, kata abeoji pada
akhirnya. Dia sudah bersiap-siap akan meninggalkan ruangan itu.
“Ne? Dua
minggu?”, protes Baekhyun tak terima dengan pendapat aebojinya.
“Kurang cepat? Baiklah, satu minggu. Kalau kau masih
menyangkal lagi, kau akan kunikahkan besok.”, tutup abeoji, kemudian keluar bersama body
guardnya menyusul istrinya yang dibawa ke kamar. Bersamaan dengan itu pula,
terlihatlah pemandangan yang luar biasa unik. Semua orang yang tersisa di
ruangan itu merosot jatuh dan mengeluarkan ekspresi kaget luar biasa. Mulut mereka
pun menganga lebar.
===
“Yak!
Sebenarnya kau ini siapa? Enak saja tiba-tiba menarik tanganku dan—hah—menyeretku
ke masalah ini?”, begitu cerca Eunkyung pada Baekhyun yang berjalan cepat di
hadapannya. Namun Baekhyun hanya diam, seakan-akan tidak mendengarkan apa yang
dikatakan oleh Eunkyung.
“Yak! Aku
sedang bicara padamu! Apa kau tuli?”, begitu tanya Eunkyung dengan nada meninggi.
Dan lagi-lagi Baekhyun hanya diam sambil terus berjalan menyusuri lorong menuju
kamarnya. Rumah Baekhyun sangat besar dan mempunyai ruangan-ruangan yang besar
dan bersekat, sehingga jalan yang dilaluinya nampak seperti lorong. Kesal
karena tidak diindahkan, Eunkyung pun melepas sepatu hitam yang dikenakannya,
kemudian melemparkannya ke kepala Baekhyun.
“Yak! Bisakah
kau menjawab pertanyaanku, Babo?!”,
teriak Eunkyung sambil melemparkan sepatu itu. Dan mungkin karena bakat
alaminya sebagai atlet, sepatu itu pun tepat mengenai kepala Baekhyun dengan
keras, sehingga mau tak mau membuat Baekhyun menolehkan kepalanya ke belakang.
Kini dia sudah berada di depan pintu kamarnya.
“Yak! Apa-apaan kau melemparku dengan sepatu
seperti itu?”, kata Baekhyun tidak terima. Eunkyung pun mendengus kesal
kemudian mempercepat langkahnya menghampiri Baekhyun. Baekhyun mengusap-usap
kepalanya yang sakit sambil melotot ke arah Eunkyung yang kini ada di
hadapannya.
“Aku tidak tahu dan tidak mau tahu siapa KAU! Dan kau
tidak tahu siapa aku! Jadi aku sama sekali tidak terlibat dalam permasalahanmu
itu. Dan KAU tidak bisa seenaknya mengatur kehidupanku. AKU TIDAK MAU MENIKAH
DENGANMU! KAU DENGAR ITU?”, kata Eunkyung dengan mata berapi-api. Baekhyun yang
mendengar itu hanya menyeringai.
“Sudah? Kau sudah selesai bicara? Sampai berbusa mulutmu
menolak pernikahan ini pun, kau tetap tidak bisa menghindarinya. Sampai kau
lari ke mana pun tetap saja pernikahan kita akan terjadi. Kau tidak bisa
berbuat macam-macam, karena ada banyak mata yang mengawasimu. Dan aku melakukan
ini untuk diriku sendiri, bukan karenamu. Karena jika aku tidak menikah
denganmu, semua kehidupanku akan hancur. Dan AKU TIDAK MAU ITU TERJADI. Jadi
walaupun kau bersembunyi sampai ke lubang semut pun, aku akan tetap mencarimu.
Camkan itu baik-baik!”, kata Baekhyun geram, kemudian membalikkan badannya dan
membuka pintu kamarnya. Terdengar suara pintu terbanting setelah dia masuk.
“Ya…yak‼ mwoyaa??‼”,
teriak Eunkyung begitu mengetahui Baekhyun masuk ke dalam. Dia pun masih tidak
menyerah, digedor-gedornya pintu kamar Baekhyun sambil dimakinya orang itu,
agar Baekhyun keluar. Namun setelah 5 menit dia melakukan itu sampai suaranya
serak, pintu itu tak juga terbuka. Akhirnya menyerahlah Eunkyung, merosot ke
lantai bersandarkan pintu itu.
==
Yeoja itu
keluar dari rumahnya -yang merupakan sebuah rooftop
kecil- dengan perasaan seperti biasanya. Selalu ceria menyambut pagi. Itu yang
menjadi prinsip hidupnya. Ditemani oleh suara burung gereja yang bertengger di
kabel-kabel listrik, dan suara tawa anak-anak yang akan berangkat sekolah.
Seperti itulah suasana setiap pagi, sebelum dia berangkat ke kampusnya. Dan dia
sangat menikmati hal itu.
Namun rutinitasnya itu, serta perasaan bahagia itu
mendadak lenyap setelah mendapati seseorang berdiri di depan rumahnya dengan
tangan terlipat. Badannya ia sandarkan ke pagar besi. Sambil menyeringai, dia
memandang sekeliling rumah itu.
“Hmm. Jadi ini rumahmu? Cukup kecil juga.”, ucapnya
sambil manggut-manggut. Eunkyung yang melihat pemandangan di depannya plus comment tak mengenakkan yang keluar
dari bibir orang itu semakin merasa kesal. Dihampirinya orang itu dengan mulut
mengerucut.
“Mau apa kau ke sini? Dari mana kau tahu alamatku?”,
cerocos Eunkyung.
“Alamatmu? Cukup mudah. Tinggal aku tanya ke pemilik catering waktu acaraku itu. Mudah kan?”,
jawab Baekhyun dengan enteng. Eunkyung hanya memalingkan muka. Berharap di
sebelahnya ada ember tempat untuk dia muntah.
“Lalu, mau apa kau ke sini?”, tanya Eunkyung penasaran.
“Kau mau tahu? Ikuti aku.”, jawab Baekhyun santai,
kemudian berjalan memimpin.
“Shireo. Aku
tidak mau terlibat masalahmu lagi. Dan aku harus ke kampus sekarang!”, kata
Eunkyung menolak. Baekhyun, lagi-lagi mengeluarkan seringai andalannya, dan
tanpa berkata apa-apa dia pun menarik lengan Eunkyung untuk mengikutinya.
Setengah mati Eunkyung berusaha melepaskan diri, namun gagal.
Eunkyung pun dengan mudah dibawa Baekhyun ke dalam mobil.
Setelah menutup pintu mobil Eunkyung, Baekhyun pun menyandarkan kepalanya ke
jendela pintu, menghadap ke arah Eunkyung.
“Kau tak perlu khawatir. Selama seminggu ini kau tidak
perlu ke kampus. Semua dosenmu sudah kuberitahu dan mereka memberikan izin
untukmu.”, kata Baekhyun dengan sangat santai. Eunkyung terkejut bukan main,
dia merasa perlu ada penjelasan untuk ini. Kini Baekhyun pun sudah duduk di
kursi sampingnya, bersiap menyetir.
“Begitukah perilaku orang kaya? Seenaknya saja
memperlakukan orang lain?”, kata Eunkyung begitu pedas. Namun Baekhyun hanya
tersenyum kecut.
“Eommaku sakit.
Beliau terkena serangan jantung mendadak, karena peristiwa kemarin.”, kata
Baekhyun tiba-tiba. Nada suaranya sangat datar. Kedua tangannya sibuk memakai seatbelt. Beberapa saat kemudian dia pun
menyalakan mesin mobilnya.
“Lalu? Kau merengek memintaku untuk mau menikah denganmu
dengan alasan itu? Begitu?”, jawab Eunkyung sarkastik. Dia benar-benar tidak
mengerti dengan sikap namja yang kini ada di hadapannya.
“Bukan. Eommaku
benar-benar sakit. Beliau sekarang di rumah sakit. Dan aku tidak mau
dianggapnya sebagai anak durhaka karena ini.”, ucap Baekhyun begitu serius. Pandangan
kedua matanya sama sekali tidak berpaling dari jalanan di depannya. Eunkyung
pun mulai memahami atmosfer suasana, kemudian hanya diam.
“Sejak aku kecil sampai saat ini, hanya satu hal yang
benar-benar bisa meluluhkan hatiku. Eomma.
Aku tidak mau mengecewakan eomma.
Jadi--- kumohon--- kau mau menemui eommaku
dan berjanji mau menikah denganku. Itu harapan eommaku.”, kata Baekhyun melembut. Eunkyung bingung harus berkata
apa. Dia sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini.
“Geunde---“,
“Kumohon. Lakukan ini demi eommaku. Lihatlah dia sebagai seorang ibu.”, ucap Baekhyun memohon.
Eunkyung hanya terdiam. Dia masih terus berpikir apa yang akan dia lakukan.
Sepanjang perjalanan, dia terus berpikir.
“Hhh. Molla—aku—aku
belum bisa memutuskan apapun. Tapi akan kupikirkan”, jawab Eunkyung akhirnya
dengan perasaan berat. Mendengar itu, Baekhyun memalingkan pandangannya ke arah
Eunkyung, namun tetap tak mengatakan apapun. Eunkyung hanya terus memandang ke
arah jendela mobil.Tentu saja, bagi Eunkyung hal itu tidak mudah untuk
diputuskan begitu saja. Baru kemarin ia mengenal, atau mungkin lebih tepatnya,
mengetahui ada seorang namja yang bernama Baekhyun di dunia ini. Bertemu dengan
Baekhyun, di tempat yang salah, di waktu yang tidak tepat, dan suasana yang
begitu konyol. Seperti seekor kepiting yang terperangkap dalam jaring nelayan,
tidak bisa meloloskan diri ke mana pun. Dan mungkin Baekhyun tidak sama dengan
seorang nelayan. Hah, lupakan yang barusan.
“Kita,ehm, maksudku—kau ingin membawaku ke mana?”, tanya
Eunkyung tiba-tiba memecahkan kesunyian antara mereka berdua.
“Rumah sakit.”, jawab Baekhyun sambil membelokkan
mobilnya.
“Mwo? Bukankah
sudah kubilang aku belum bisa mengambil keputusan sekarang?”, Eunkyung kaget
mendengar apa yang dikatakan Baekhyun barusan.
“Saat ini eommaku
sedang tidur. Kau hanya perlu melihatnya saja. Tak perlu bicara dengannya.”,
jawab Baekhyun santai. Eunkyung pun terdiam kembali, pandangannya mulai teralih
ke Baekhyun.
Sebenarnya jika dipikir-pikir, Baekhyun tidak terlalu
buruk. Coba saja kita telusur satu per satu. Pertama, Baekhyun berwajah tampan
dan senyumannya manis. Tapi sayangnya senyumannya itu sangat langka bisa kita
lihat. Baekhyun juga terlahir dari seorang kaya raya. Namun semua itu bukan
kekayaannya sendiri. Berarti belum ada kelebihan dari seorang Baekhyun kecuali sikap
menyebalkannya. Setidaknya itulah yang baru ada di pikiran Eunkyumg saat ini.
“Bisakah kita ke tempat lain saja? Sepertinya aku belum
siap bertemu dengan eommamu.”
“Baiklah, kita tidak akan bertemu dengan eommaku. Tapi ---sepertinya aku juga
perlu memeriksakan kepalaku ini.”, kata Baekhyun sambil mengusap kepalanya.
Eunkyung hanya melirik sebentar, dan baru ingat bahwa kepala Baekhyun yang
sakit adalah tempat di mana dia melemparkan sepatunya kemarin. Terlihat sedikit
benjol.
“Mi..mianhe.”,
ucap Eunkyung malu-malu. Baekhyun malah menyeringai.
Setelah itu mereka hanya berdiam.
“Sebenarnya apa alasanmu membatalkan pertunanganmu itu? Bukankah
dia sangat cantik? Dan -- kaya?”, tanya Eunkyung membuka pertanyaan, setelah
terdiam begitu lama.
“Dia memang cantik. Namun aku tidak suka sifatnya. Manja.
Egois.”, jawab Baekhyun sambil berkonsentrasi menyetir.
“Hul. Alasan
klasik. Tidak mungkin hanya karena itu kau memutuskan pertunangan itu begitu
saja.”, kata Eunkyung tidak percaya. Dan Baekhyun hanya tertawa. “Yeoja, kan?”, tebak Eunkyung.
Baekhyun hanya tertawa hambar.
“Lalu apa?”, tanya Eunkyung semakin penasaran.
“Akhirnya kita sampai di rumah sakit.”, jawab Baekhyun
mengalihkan pembicaraan.
“Yak! Aku
sedang bertanya padamu!”, kata Eunkyung kesal. Dia pun melipat kedua tangannya
di depan dadanya. Baekhyun hanya tersenyum, kemudian tangannya mencopot seatbelt yang dikenakannya.
“Aku pernah beberapa kali memergoki dia mengupil saat
berbicara denganku.”, kata Baekhyun tiba-tiba, dengan nada datar, tanpa beban.
Setelah mengucapkan itu dia pun melenggang pergi keluar dari mobil meninggalkan
Eunkyung yang melongo mendengar kata-katanya barusan.
==
Sejak kejadian hari itu setiap hari pasti akan ada namja
yang menunggu di depan rumahnya setiap pagi. Eunkyung benar-benar tidak
memahami apa yang sebenarnya terjadi. Mulai dari mencari lokasi gedung yang
tepat, memilih menu catering, memilih
desain undangan, setidaknya hal-hal itulah yang dilakukan Eunkyung selama tiga
hari itu. dan dia sama sekali tidak mengerti apa yang dilakukannya, karena dia
hanya diam karena tidak tahu apapun. Dan selalu begitu setiap pagi. Namun pagi
ini agak berbeda, karena yang berdiri di depan rumahnya tidak hanya seorang
namja, namun empat namja yang semua warna rambutnya berbeda. Mereka tersenyum
melihat Eunkyung yang keluar dari rumah.
“Hai Eunkyung! Selamat pagi! Hmm, rumahmu bagus juga!”,
sapa Chanyeol, salah satu namja yang ada di situ. Dia memang sangat ramah pada
semua orang, terlihat dari sikapnya yang selalu tersenyum di mana pun.
“Ne”, jawab
Eunkyung singkat. “Kalian siapa? Kenapa kalian di sini?”, tanya Eunkyung dengan
sorot mata menyelidik.
“Hahaha. Jangan takut. Kami teman Baekhyun. Kami khusus
menjemputmu hari ini. Besok kan hari besarmu. Jadi kau harus diubah…sedikit.”,
kata Suho sambil memandang Eunkyung dengan seksama. Yang dipandang risih, lalu
berbalik kembali menuju pintu rumahnya.
“Yak! Yak! Kau
mau ke mana? Kau harus ikut kami!”, teriak Sehun panik, lalu berlari mencegah
Eunkyung masuk ke rumah. Dipegangnya lengan kiri Eunkyung. Eunkyung pun dengan
serta merta menampik tangan Sehun kasar.
“Apa-apaan kalian ini? Aku tidak mau terlibat lebih jauh ke
dalam permasalahan ini lagi! Sudah cukup aku---,” namun kata-kata Eunkyung itu
tiba-tiba lenyap karena badannya sudah diraih oleh keempat namja itu dan
diseret ke mobil mereka. Eunkyung menjerit-jerit meminta untuk dilepaskan.
Karena cemas dianggap sebagai penculik, akhirnya Sehun pun menyumpal mulut
Eunkyung dengan sapu tangan yang ada di kantongnya. Akhirnya dengan penuh
perjuangan mereka tiba di mobil. Eunkyung pun duduk di kursi belakang, diapit
oleh Chanyeol dan Kyungsoo. Sehun mengambil tempat duduk depan, sedangkan Suho
menyetir mobilnya sendiri. Di mobil itu terlihat juga seseorang yang dikenal
Eunkyung, Baekhyun.
Begitu sampai mobil, sumpal mulut Eunkyung pun segera
diambil. Namun Eunkyung tidak mengeluarkan sepatah katapun, dia hanya diam dan
memandang tajam ke arah Baekhyun. Baekhyun berdecak, kemudian berkata pada
Sehun yang duduk di sampingnya.
“Tidak bisakah kalian membawa gadis ini dengan cara yang
lebih baik? Kurasa kita jadi seperti mafia penculik.”, kata Baekhyun sambil
menyalakan mesin mobil. Sehun hanya tertawa renyah.
“Mian Baekhyun.
Gadis ini- maksudku Eunkyung- tadi ingin melarikan diri—jadi—“, kata Chanyeol
mencari alasan.
“Lain kali kalau kalian membawa Eunkyung dengan cara
seperti ini, kupukul kalian satu per satu.”, ancam Baekhyun sambil terus
berkonsentrasi menyetir. Wajahnya masih saja datar.
“Tenanglah, kami tidak bermaksud begitu. Ini karena
terpaksa.”, kata Kyungsoo memberi alasan. Baekhyun lagi-lagi hanya diam.
“Ke mana kau akan membawaku? Tidak bisakah kita akhiri
ini sekarang? Aku lelah!”, tanya Eunkyung pada Baekhyun yang ada di depan
setir. Baekhyun tak menoleh sama sekali.
“Sabarlah Eunkyung, umm,
maksudku noona. Besok adalah hari
besarmu, jadi kau pasti sangat gugup sekarang.”, jawab Kyungsoo. Mata Eunkyung
berpaling ke arah Kyungsoo yang ada di sampingnya, dia memandangnya dengan
pandangan aneh dan menyelidik.
“Kau ini siapa? Berani-beraninya mengganggu pagiku.”,
jawab Eunkyung kasar. Sepertinya amarahnya sangat memuncak dengan perlakuan
keempat namja tadi.
“Mereka sahabat-sahabatku. Aku sengaja meminta tolong
mereka untuk membawamu kemari, karena kemarin kau bilang kau tidak ingin
melihatku di depan rumahmu lagi ---di pagi hari.”, jawab Baekhyun serius.
“Lalu? Memangnya setelah itu aku tidak melihatmu? Kau
jangan macam-macam dan segera turunkan aku sekarang!”, teriak Eunkyung, membuat
Kyungso dan Chanyeol menutup telinganya rapat-rapat.
“Hwaa…Baekhyun, akhirnya kau bertemu dengan yeoja yang
kekuatannya selevel denganmu.”, kata Chanyeol terkekeh. Baekhyun hanya diam.
===
Pagi itu sangat tenang. Tidak ada hiruk pikuk orang,
hanya terlihat beberapa orang duduk di kursi putih. Terlihat Baekhyun di depan
dengan mengenakan jas hitam dan dasi kupu-kupu. Dia terlihat sangat tampan. Tak
lama kemudian datanglah pengantin wanita dengan empat namja yang mengiringinya.
Sehun pembawa bunga, Kyungsoo pembawa cincin, Chanyeol pembawa senyum, dan Suho
pendamping pengantin wanita. Keempat orang itu datang dengan wajah penuh
senyum, berbeda 180ยบ dengan Eunkyung, sang pengantin wanita. Wajah Eunkyung
terlihat sangat cemberut, tak ada senyum sama sekali.
“Eunkyung-ah. Bisakah kau senyum sedikit? Ini hari
pernikahanmu.”, bisik Suho pada Eunkyung.
“Bagaimana aku bisa tersenyum kalau aku memang tidak
ingin tersenyum?”, jawab Eunkyung kasar dan berbisik.
“Setidaknya beraktinglah di depan orang-orang yang
hadir.”, tegas Suho. Eunkyung hanya mencibir.
Akhirnya Eunkyung pun sampai di hadapan Baekhyun.
Baekhyun pun meraih tangan Eunkyung dengan tersenyum lebar. Eunkyung hanya
mencaci dalam hati. Tiba-tiba Baekhyun membisikkan sesuatu pada Eunkyung.
“Kau tahu kan apa yang harus kau lakukan? Terima saja.
Kita sudah membahas ini kemarin dan sudah membuat perjanjian. Arachi?”, bisik Baekhyun sedikit
mengancam.
“Arasso. Arasso.
Kau tidak perlu mengulangnya.”, jawab Eunkyung dengan senyum yang
dibuat-buatnya.
“Byun Baekhyun, apa kau bersedia menerima Shin Eunkyung
sebagai istrimu dalam keadaan suka maupun duka?”, ucap penghulu pernikahan.
“Ne, saya
bersedia.”, ucap Baekhyun mantap.
“Shin Eunkyung, apa kau bersedia menerima Byun Baekhyun
sebagai suamimu dalam keadaan suka maupun duka?”, ucap penghulu kepada Shin
Eunkyung.
Eunkyung terdiam. Sejak semenit yang lalu dia memikirkan
kembali keadaan yang sedang dia hadapi ini. Pernikahan. Sebuah acara sakral
yang selalu Eunkyung impikan. Menikah dengan namja yang mencintai dan dicintainya.
Merasakan kebahagiaan hidup selamanya. Namun pernikahan yang diimpikannya itu
gagal. Dia sekarang harus berhadapan dengan pernikahan yang sama sekali tidak
dibayangkannya. Bertemu namja yang belum pernah ia kenal dan menikah dengannya.
Sungguh sangat sulit.
Pernikahan tanpa cinta, itu yang Eunkyung pikirkan. “Lalu akan jadi seperti apa pernikahan tanpa
cinta? Apakah nantinya aku akan diceraikan lalu jadi janda muda? Nasibku akan
bagaimana kalau jadi janda muda? Apa masih ada yang mau mendekatiku? Hah! Apa
aku mundur saja dari pernikahan ini?”, kalimat-kalimat itu terus
berputar-putar di kepala Eunkyung.
“Saudari Eunkyung—ehm! Apa kau bersedia menerima Byun
Baekhyun?”, tanya penghulu menyadari tidak ada respon dari pengantin wanita.
“Ssst‼ Yak!
Kenapa kau melamun? Perhatikan penghulu!”, bisik Baekhyun menyadari Eunkyung
melamun. Eunkyung pun tersentak
“Ne? Ne?”,
tanya Eunkyung gelagapan. Penghulu pun menghela nafas panjang, kemudian
mengulang perkataannya.
“Saudari Eunkyung, apa Anda bersedia menerima Byun
Baekhyun sebagai suamimu dalam suka maupun duka?”, ulang penghulu. Eunkyung
menatap wajah Baekhyun sekilas, kemudian menghela nafas panjang. “Ini yang harus aku lakukan.”, kata
Eunkyung dalam hati.
“Aku…….”
-TBC-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar